Sabtu 18 Nov 2023 15:30 WIB

Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Thailand

Islam berkembang di Thailand diperkirakan sekitar abad ke-10.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Wadi Al Husein adalah salah satu peninggalan dalam sejarah penyebaran Islam di Thailand bagian selatan, tepatnya di Provinsi Narathiwat. Masjid ini berusia lebih dari 300 tahun.
Foto: thailand tourism directory
Masjid Wadi Al Husein adalah salah satu peninggalan dalam sejarah penyebaran Islam di Thailand bagian selatan, tepatnya di Provinsi Narathiwat. Masjid ini berusia lebih dari 300 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Thailand adalah salah satu negara di wilayah Asia Tenggara  yang mayoritas penduduknya adalah beragama Budha. Muslim di negeri gajah putih itu, hanya sekitar 15 persen dan sebagian besar tersebar di provinsi bagian selatan negara itu, tepatnya di Pattani, Yala, Narathiwat, Songkhla Stun.

Islam masuk di Thailand diperkirakan sekitar abad ke-10 atau ke-11 dibawa oleh pedagang Arab dan India. Ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.

Baca Juga

Ada pula pendapat lain yang menyebutkan, bahwa Islam masuk Thailand bahkan sebelum kerajaan Thailand berdiri, yakni pada abad ke-9. Hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan Muslim Arab di Ayutthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani, menjadi bukti bahwa bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum kerajaan Thai berdiri dan berkuasa.

Menurut Asep Achmad Hidayat dalam bukunya Sejarah Sosial Muslim Minoritas Etnis Melayu di Nusantara: Pattani-Thailand,Singapura, Moro-Filipina, dan Timor Leste, wilayah bagian paling Selatan Thailand awalnya merupakan sebuah Kerajaan Islam Melayu yang berdaulat, yaitu Kesultanan Melayu Pattani yang diperkirakan meliputi lima wilayah (Pattani, Yala, Narathiwat, Songkhla), dan bagian paling Utara Malaysia modern (Kelantan, Kedah dan Perlis dan Terengganu). 

Menurut naskah Hikayatnya Pattani, Kesultanan Pattani diperintah oleh tiga Dinasti yaitu Sri Wangsa, Dinasti Kelantan Pertama, dan Dinasti Kelantan Kedua. Orang-orang Pattani sendiri menyebut Kesultanan Pattani, dengan sebutan Kesultanan Pattani Darussalam atau Pattani Raya.

Dalam masa keemasannya Kesultanan Pattani menunjukkan sebagai sebuah empire Islam Melayu teragung di Semenanjung Melayu. Pattani Raya pada waktu itu merupakan sebuah Kota Pelabuhan yang terkenal dan makmur, yang diperintah oleh raja-raja yang digambarkan dalam sejarah sebagai memiliki regional seat power. Sejak kedatangan Islam di Nusantara (kepulauan) tanah Pattani telah dikunjungi bangsa-bangsa. Dalam abad ke-14 M, kota Pelabuhan Pattani telah berkembang menjadi kerajaan Pattani Raya.

Kesultanan Pattani mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah oleh para Sultanah (raja-raja perempuan), yaitu Raja Hijau (1584-1616 M), Raja Biru (1616-1624 M), Raja Ungu (1624-1635 M), dan Raja Kuning (1635-1688 M). Pada masa pemerintahan raja-raja perempuan tersebut keadaan kerajaan Pattani mencapai kemakmuran sebagai akibat dari hubungan dagang dengan bangsa-bangsa Eropa dan Asia Timur, Belanda, Portugis, Inggris, Tiongkok, dan Jepang.

Tanah Pattani pada waktu itu tidak hanya dikunjungi para pedagang Melayu, tetapi juga didatangi para pedagang dari berbagai bangsa, Eropa, Arab, Persia, Yahudi, Turki, Tiongkok, Jepang, Korea, bangsa-bangsa Nusantara, dan lainnya. Realitas ini menunjukkan bahwa Kesultanan Melayu Pattani telah menunjukkan taraf ekonomi yang cukup maju. Dengan modal ini Kesultanan Melayu Patani membangun sebuah kebudayaan Melayu Islam yang khas dan maju pada masa itu. la tidak hanya berperan aktif dalam bidang politik dan perdagangan di seluruh rantau ini tetapi telah berhasil menempatkan suatu kawasan yang menjadi pusat pengembangan agama Islam di tanah Melayu.

Sepanjang abad ke-16 muncul nama-nama ulama dan penyebar Islam seperti Syeikh Syafiauddin al-Abbasi, Syeikh Muhammad Said Barsisa, dan Syeikh Gombak Abdul Mubin yang menyebarkan Islam di tanah Pattani pada waktu itu. Kemudian muncul pula pendakwah lainnya seperti, Syeikh Faqih Ali al-Malbari, Syeikh Ali Faqih al-Fatani, Syeikh Abdul-Jalil al-Fatani, dan yang lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement