Sejak awal, Columbus memang terobsesi terhadap Yerusalem sebagai tujuan utama dari empat ekspedisinya ke Benua Amerika yang berlangsung empat kali itu. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Wisconsin-Madison John Phelan mengungkapkan, harapan mengenai penaklukan Yerusalem dengan memanfaatkan emas yang ditemukan di Dunia Baru mungkin telah diucapkan Columbus kepada Ferdinand dan Isabela sebelum dia berangkat berlayar dari Palos, 3 Agustus 1492.
Baca juga: Mengapa Malaikat Jibril Disebut Ruh Kudus dalam Alquran?
Namun, mungkin saja ide ini telah dicetuskan lebih dini, yaitu selama pengepungan Granada pada 1489, benteng terakhir kekuasaan Muslim di Spanyol. Saat itu, duta besar Sultan Mesir (Dinasti Mamluk) datang meminta pasukan Spanyol menghentikan peperangan atau Muslim akan menghancurkan Holy Sepulchre, sebutan lain untuk Yerusalem.
Sejarawan Universitas Wisconsin-Milwaukee Abbas Hamdani menyebut, 1492 merupakan tahun yang sangat krusial dalam sejarah Eropa, Muslim, dan Amerika. Pada 2 Januari, Granada jatuh mengakhiri kekuasaan Muslim di Spanyol selama-lamanya. Lalu, pada 12 Oktober, Columbus “menemukan” Amerika. Columbus telah membuka jalan bagi era penjelajahan, ekspansi, dan kolonisasi oleh bangsa Eropa yang menjadi pengantar munculnya era Renaisans.
Namun, motif utama penjelajahan dalam suasana abad pertengahan itu sering diabaikan, yaitu keinginan Columbus melancarkan kembali Perang Salib baru untuk merebut Tanah Suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim.
Keinginan itu tak hanya sebatas menguasai kembali tanah tempat Yesus lahir dan mendakwahkan ajarannya, tapi demi memenuhi sebuah nubuat yang sangat diimani oleh Columbus.
Ramalan itu disebutkan dalam Injil Kitab Wahyu yang menyebutkan bahwa dipeluknya ajaran Kristen oleh seluruh penduduk Bumi serta penaklukan kembali Yerusalem merupakan prasyarat untuk kembalinya Yesus Kristus ke dunia sebelum akhir zaman. Dan, Columbus merasa dirinya bakal punya peranan penting dalam peristiwa itu.
Religiusitas Columbus memang tak pernah tampak dalam publikasi sejarah populer. Padahal, bukti-bukti tertulis dari Diario dan kesaksian anggota keluarga dan koleganya memberi bukti tak terbantahkan.
Diario menceritakan bahwa sepanjang pelayaran pertama menuju Dunia Baru itu Columbus kerap sekali melantunkan doa dan menjaga jam-jam sembahyang (jam kanonikal) di kapal, terutama waktu doa Prime, Terce, Vesper, dan Compline. “Saat waktu Vesper, semua awak kapal dikumpulkan. Doa singkat dibacakan. Salve Regina dinyanyikan.”