Kalangan Syiah menggunakan batu atau tanah tertentu sebagai landasan sujud, sebagian kaum suni juga melubangi sajadah tempat sujud agar mampu menyentuh lantai.
Umar bin Abdul Azis, sang khalifah arif terkenal, tidak pernah mau menggunakan sajadah di dalam sholat. Bagi kita, yang penting, metode mana yang bisa mengantarkan kita sujud secara khusyuk dan syahdu, hingga seolah kita menembus lapis-lapis spiritual di dalam diri kita, itu lebih baik.
Tidak perlu kita memolemikkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan yang sering kita lakukan. Setiap kepala, sebanyak itu pula lorong rahasia menuju Tuhan.
Jika atsar sujud dimaknai sebagai pancaran sinar yang memancar pada diri ahl al-sujud dan kepada makhluk lain di sekitarnya, maka kebalikan konsep atsar sujud Allah SWT juga memperkenalkan konsep "muka hitam gelap" (iswad al-wujuh), sebagaimana disebutkan di dalam ayat:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
"Pada hari yang di waktu itu, ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (mereka ditegur), “Mengapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu, rasakanlah azab yang disebabkan oleh kekafiranmu itu.” (QS Ali 'Imran [3]:106).
Dalam ayat ini Allah SWT memperkenalkan dua wajah. Ada wajah putih berseri-seri (ibyadh al-wujuh) dan ada wajah hitam gelap (iswad al-wujuh).
Baca juga: 10 Peluang Pintu Langit Terbuka Lebar, Doa yang Dipanjatkan Insya Allah Dikabulkan
Kita semua tentu berharap agar kualitas sujud kita melahirkan atsar sujud yang ibyadh al-wujuh. Untuk itu, kita perlu meningkatkan kualitas sujud kita dari yang secara fisik sujud (as-sajid), menjadi secara spiritual, dan total sujud (as-sujud). Masih banyak di antara kita hanya sebagai sajid, tetapi belum sujud. Allahu a'lam.
*Naskah ini karya Imam Masjid Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar, tayang di Harian Republika 2014