Sabtu 11 Nov 2023 12:11 WIB

Ucapan Khalifah yang Mengaku Pengganti Tuhan di Bumi dan Hancurnya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah hancur akibat faktor internal dan eksternal

Ambruknya Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah hancur akibat faktor internal dan eksternal
Foto:

Tentara bayaran asal Turki, pada akhirnya semakin kuat menguasai pemerintahan. Selanjutnya, bisa ditebak, militer Turki itu menjadi ancaman serius bagi kelangsungan kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Benar saja, pada masa Khalifah al-Mutawakkil, orang-orang Turki berhasil merebut kekuasaan. Dan, sejak itu, kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas.

Tanda-tanda kelemahan lainnya, kata Watt, sultan-sultan Abbasiyah sepeninggal Harun aL-Rasyid dan al-Ma'mun sangat gemar hidup mewah. Setiap khalifah ingin hidupnya lebih mewah dari khalifah sebelumnya.

Gaya hidup mewah itu juga menjangkiti para hartawan dan anak-anak pejabat. Ini mengakibatkan jumlah masyarakat miskin naik tajam. Kemudian, terjadilah guncangan politik, ekonomi, dan sosial.

Ada pula faktor eksternal, yaitu Perang Salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Perang Salib dikobarkan oleh Paus Urbanus II (1088-1099 M) melalui fatwanya. Sedangkan, penyerangan Mongol dilatari kebencian Hulagu Khan, panglima Mongol, terhadap Islam.

Kekuasaan Tuhan 

"Inama ana sulthan Allah fi al-ardhi (Sesungguhnya aku adalah kekuasaan Tuhan di muka bumi)," begitu kata Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M) tatkala dinobatkan sebagai khalifah kedua Dinasti Abbasiyah.

Muawiyah, khalifah pertama Dinasti Umawiyah, pernah melontarkan pernyataan serupa. Setelah mengalahkan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah dan berkata, "Aku adalah khalifah Allah di muka bumi." Itulah sebabnya seorang raja atau sultan Islam masih disebut "khalifah" meskipun pemerintahannya berbentuk monarchy (kerajaan).

Baca juga: Surat Yasin Ayat 9, Diamalkan Nabi SAW dan Dibaca Pejuang Hamas Ledakkan Tank Israel

Ketika Muawiyah mendeklarasikan diri sebagai khalifah Allah dan mengangkat Yazid (putranya) menjadi putra mahkota, langsung tumbuh gerakan oposisi di kalangan rakyat. Mereka mengobarkan api perlawanan yang berkelanjutan. Kelompok oposisi dari kalangan Arab bernama Mawali dan dari Persia bernama Syiah.

 

Risiko yang sama juga dihadapi al-Manshur. Seperti halnya Muawiyah, ia menjadikan khalifah sebagai jabatan yang turun-temurun. Perlawanan rakyat pun meledak di mana-mana.

photo
Situs DInasti Abbasiyah (ilustrasi) - (republika)

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement