Kamis 09 Nov 2023 20:26 WIB

Gaza, Tempat Peristirahatan Terakhir Kakek Rasulullah SAW dan Kelahiran Imam Syafii

Pengaruh Islam di Gaza juga diabadikan dalam sejarah

Warga Palestina memeriksa kerusakan masjid yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Rabu, (8/11/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Warga Palestina memeriksa kerusakan masjid yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Rabu, (8/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tanah Palestina adalah bumi para nabi. Peninggalan nilai-nilai Islam pun sangat melekat di salah satu kotanya, Gaza. Meski kaum Muslim di negara tersebut kini dalam kondisi terimpit oleh gerakan Zionisme, mereka yakin Islam telah merasuk ke dalam jiwa dan bakal terus menjadi nyala obor di Jalur Gaza. 

Jalur Gaza atau sering disebut dengan Gaza adalah nama wilayah yang terletak di sebelah barat daya Palestina ‘48 (wilayah Palestina sebelum perang tahun 1948). 

Baca Juga

Sebelah selatannya berbatasan dengan Mesir, sedangkan di sebelah barat, timur, dan utara berbatasan dengan wilayah Palestina ‘48.

Gaza merupakan wilayah yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayahnya 45 kilometer (km), lebar 5,7 km di beberapa bagian dan 12 km di bagian yang lain—yang berbatasan dengan Mesir sehingga luas keseluruhan Jalur Gaza adalah 365 km persegi. 

Bagi Muslimin, Gaza merupakan negeri yang bersejarah, negeri perjuangan dan negeri syuhada. Pasalnya, banyak rakyat Gaza yang syahid di jalan Allah SWT. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga nenek-nenek dan kakekkakek yang dibunuh tentara Zionis Israel. 

Gaza akan selalu diingat dan dikenang, khususnya bagi mereka yang mencintai keluarga Rasulullah SAW. Begitu pula bagi mereka yang menjadi pengikut mazhab Imam Syafi’i serta mujahid penerus perjuangan Imam Hasan Al Banna dengan gerakannya yang terkenal, Al Ikhwan Al Muslimin. 

Kota ini juga menyimpan sejumlah situs yang berkaitan dengan Rasulullah SAW. Seperti kisah kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib, yang wafat dan dikubur di Gaza. Alkisah lainnya, Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariya, Nabi Yahya, dan Nabi Isa, semuanya pernah menetap di bumi Palestina pula. 

Peninggalan Muslim lainnya adalah Masjid Al-Aqsa. Masjid ini dibangun setelah Masjidil Haram di Makkah dengan rentang waktu 40 tahun. 

Seperti yang terpampang saat pameran di Museum Seni dan Sejarah di Jenewa, Swiss, medio 2007. Ratusan benda antik dan bersejarah koleksi Departemen Benda Kuno Palestina serta koleksi seorang pengusaha dari Gaza, Jawdat Khoudary, membuka mata penikmat sejarah dunia. Perpaduan desain dari benda tadi menunjukkan bersatunya Islam dan Kristen pada masa lampau. 

Baca juga: 10 Peluang Pintu Langit Terbuka Lebar, Doa yang Dipanjatkan Insya Allah Dikabulkan

Kedatangan Muslim dirintis pada 637 SM, nyatanya tak mengubah aura multikultural Kota Gaza. Bahkan, cendekiawan Muslim juga lahir di kota tersebut, Imam Syafii. 

Dia membentuk sekolah hukum bagi Muslim pada abad kedelapan. Serangan Tentara Salib pada abad ke-11 mengakibatkan Gaza tak lagi menjadi tempat transit Muslim yang pergi berhaji ke Makkah.  

Pengaruh Islam juga terlihat dari lampu minyak dengan dekorasi tulisan Arab dari masa pemerintahan khalifah Umayyah pada abad ketujuh hingga abad kedelapan M. Begitu juga nisan besi dari abad ke-12 dan 13 M milik Ayyubid Gaza yang bertuliskan Arab. Periode Mameluk pun diwarnai garis Islam dari piring berlukiskan motif pohon kelapa. 

photo
Peta Blokade Gaza - (Republika)

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement