Salahuddin juga ingin menjadikan Yerusalem sebagai kota Sunni yang aman. Tujuannya terwujud semasa Kerajaan Mamluk.
Sejak menduduki Yerusalem pada 1250, mereka menanamkan banyak pengaruh di wilayah itu. Mereka membangun banyak sekolah fikih (madrasah) Sunni dan pondok sufi ( khanaqah) di dekat perbatasan sebelah barat dan utara.
Penguasaan Utsmaniyah yang mewarisi kota itu pada 1517 dari Kerajaan Mamluk melanjutkan perlindungan dan dukungan yang murah hati dari para pendahulunya bagi kota suci tersebut.
Dinding-dinding yang sekarang ini masih berdiri tegak memisahkan “kota tua” ini dibangun oleh orang Utsmaniyah.
Baca juga: 10 Peluang Pintu Langit Terbuka Lebar, Doa yang Dipanjatkan Insya Allah Dikabulkan
Pada abad ke-19, Yerusalem mulai dibanjiri para konsulat Eropa, misionaris Eropa, juga misi arkeologis Eropa.
Sebagian besar dari mereka merupakan alat kebijakan nasional negara masingmasing dan semuanya berada jauh di luar jangkauan para penguasa Utsmaniyah, yang kelak mengakibatkan kota ini sedemikian mundur. Bahkan, orang Yahudi yang sebelumnya kurang diperhitungkan dan paling tersisih di antara penduduk Yerusalem, mendapati kenyataan bahwa mereka pun mempu nyai kawan dan pelindung yang kuat di Eropa.
Dengan bantuan para pelindung ter sebut—khususnya keluarga Montefiores dan Rothschild—jumlah orang Yahudi di Yerusalem terus meningkat. Pada 1990, jumlah mereka masih 35 ribu (orang Kristen dan Muslim masing-masing 10 ribu) dari total penduduk 55 ribu.