Berjuang Melawan Penjajah
Dalam sosok KH Ahmad Hanafiah tersimpan sifat pemimpin dan pengetahuan agama Islam yang mendalam. Semasa hidupnya yang berada dalam penjajahan Belanda membuat dirinya selalu tidak suka dan menjadi penentang setiap bentuk penjajahan.
Dalam masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 1945, panglima Laskar Hizbullah ini sempat menjabat beberapa kali posisi penting di bidang politik yang membawa dirinya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin kembali menguasai Karesidenan Lampung, khususnya di Sukadana.
Pada saat Agresi Militer Belanda I pada 1947, kaum penjajah melancarkan serangan serentak kepada sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Selatan. Saat itu, Belanda juga mulai menyerang Lampung yang menjadi bagian dari Karesidenan Sumatera Selatan melalui jalur darat dari Palembang.
Agresi tersebut memicu perlawanan laskar rakyat bersama TNI terhadap Belanda dalam pertempuran di Kemarung. Kemarung adalah suatu tempat hutan belukar yang terletak di dekat Baturaja ke arah Martapura, Sumatera Selatan.
Di sinilah terjadi pertempuran hebat antara laskar rakyat melawan Belanda. Perlawanan laskar rakyat tergabung dalam barisan Hizbullah dan Sabilillah yang bersenjatakan golok. Namun, informasi TNI dan Laskar Hizbullah yang berencana menyerang Baturaja telah dibocorkan mata-mata, sehingga personel TNI mundur ke Martapura.
Sementara, pasukan Laskar Hizbullah yang tengah beristirahat di Kemarung disergap Belanda dan terjadilah pertempuran hebat. Anggota Laskar Hizbullah saat itu banyak yang gugur dan tertawan. Kiai Ahmad Hanafiah sendiri ditangkap hidup-hidup, kemudian dimasukan ke dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan. Karena itu, hingga sekarang makam sang pahlawan tidak diketahui.
Belanda memperlakukan KH Ahmad Hanafiah demikian karena telah mengetahui kehebatan yang dimiliki oleh KH Ahmad Hanafiah yang kebal senjata tajam maupun senjata api. Akhirnya, mereka pun membunuhnya dengan cara licik dan kejam.
KH Ahmad Hanafiah dikenal sebagai sosok pejuang yang pemberani, ditakuti, dan disegani lawan. Kendati demikian, ia sosok panglima Laskar Hizbullah yang rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri. Ia selalu berjuang tanpa pamrih.
Kiai Ahmad Hanafiah dikenal sebagai tokoh agama, ulama, pejuang, politisi, dan komandan perang. Selama hidupnya ia banyak memiliki sejumlah pengalaman, di antaranya ia pernah menjadi Ketua partai Masyumi dan pimpinan Hizbullah Kewedanan Sukadana.
Selain itu, ia pernah menjadi anggota DPR Karesidenan Lampung pada 1946-1947. Kemudian, ia juga pernah menjadi Wakil Kepala merangkap Kepala Bagian Islam pada kantor Jawatan Agama Karesidenan Lampung sejak awal 1947.
KH Ahmad Hanafiah meninggal dunia saat berjuang melawan penjajahan Belanda, tepatnya saat terjadinya Agresi Militer Belanda I yang terjadi di front Kamerung, Baturaja Sumatera Selatan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia wafat pada 17 Agustus 1947, bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Pemkab Lampung Timur telah membangun monumen patung KH Ahmad Hanafiah pada 2015 dan berdiri di ruas jalan utama Sukadana. Piagam penghargaan dari Gubernur Lampung pun telah diberikan kepada kepada KH Ahmad Hanafiah dengan Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/520/III.04/HK/2015, tanggal 2 November 2015.
Sosok KH Ahmad Hanafiah dianggap memiliki jasa besar bagi Bumi Ruwa Jurai. Ia turut serta dalam menghadapi Agresi Militer Belanda I tahun 1947 dan gugur di medan perang, sehingga tak heran jika masyarakat Lampung mengusulkannya sebagai pahlawan nasional.