REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Islam yang Mulia Muhammad ﷺ turut memuji pegawai yang memakan hasil jerih payahnya sendiri. Hal ini merupakan penghasilan yang thayib.
Seperti dikutip dari buku Fiqih ASN dan Karyawan oleh Ustadz Ammi Nur Baits, Ada banyak sumber pendapatan manusia. Namun, jika dikelompokkan, secara umum hanya ada dua macam:
a. Keuntungan dari hasil berdagang.
b. Upah dari menjual jasa.
Lebih dari itu adalah pemberian orang lain, seperti hibah, hadiah, sedekah, warisan, dan seterusnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga memuji penghasilan seseorang dari jerih payahnya sendiri, baik dari hasil berdagang maupun dari upah menjual jasa. Artinya, harta itu didapatkan bukan dari hadiah, hibah, warisan, atau semacamnya.
Dari al-Miqdam radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ما أكل أحد طعامًا قط خيرًا من أن يأكل من عمل يده، وإن نبي الله داود كان يأكل من عمل يده
“Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan yang lebih baik daripada memakan hasil jerih payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud alaihissallam makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari 2072)
Dalam hadis yang lain, dari Rafi bin Khadij radhiyallahu anhu, beliau bercerita,
Ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
“Ya Rasulullah, penghasilan apakah yang paling thayib (baik)?”
Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Hasil dari kerja seseorang dan keuntungan dari jual beli yang mabrur." (HR Ahmad dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)