REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah menyinggung soal pengandaian jika segelintir orang Yahudi beriman pada Nabi Muhammad SAW. Pengandaian ini disebut dalam hadits shahih yang tentunya perlu dipahami oleh umat Muslim.
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ آمَنَ بي عَشَرَةٌ مِنَ اليَهُودِ، لآمَنَ بي اليَهُودُ.
"Seandainya 10 orang Yahudi beriman padaku, maka orang-orang Yahudi akan beriman padaku." (HR. Bukhari)
Hadits tersebut juga tercantum dalam Shahih Muslim. Perawinya pun sama, yakni Abu Hurairah RA, dengan matan hadits yang agak sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
- لَوْ تابَعَنِي عَشَرَةٌ مِنَ اليَهُودِ، لَمْ يَبْقَ علَى ظَهْرِها يَهُودِيٌّ إلَّا أسْلَمَ.
"Seandainya 10 orang Yahudi mengikutiku, tidak akan ada satu orang Yahudi pun yang tersisa yang tidak masuk Islam." (HR. Muslim)
Penjelasan dari hadits-hadits tersebut, bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang senang berselisih, munafik dan keras kepala. Mereka menyangkal para nabi, membunuh nabinya sendiri, mengkhianati dan melanggar perjanjian yang mereka buat sendiri.
Perkataan mereka itu konsisten dengan kebenciannya terhadap kebenaran dan orang-orang yang memegang kebenaran tersebut pada setiap waktu dan tempat. Orang-orang Yahudi ibarat kelompok kawanan yang berjalan di belakang orang yang lebih besar. Mereka adalah orang-orang taklid (peniru), dan mereka tidak percaya dengan bukti-bukti atau petunjuk yang telah sampai pada mereka.
Dalam dua hadits tersebut, disebutkan soal 10 orang Yahudi. Jumlah 10 orang Yahudi ini merujuk pada tokoh-tokoh terkemuka dan pemimpin di antara orang-orang Yahudi. Mungkin saja Nabi SAW menginginkan 10 orang dari kaum Yahudi yang ditunjuk. Jika ini terjadi, maka ribuan pengikutnya akan ikut beriman kepada Nabi SAW.
Namun demikian, apa yang dimaksud Nabi SAW ialah supaya dosa dari orang-orang yang berselisih dengan beliau SAW itu ditanggung oleh 10 orang tersebut, karena mereka adalah pemimpin atas umatnya. Hal inilah yang menjadi petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW melarang meniru keimanan. Sebab sesungguhnya rujukan keimanan adalah pada petunjuk Allah SWT.