REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Zionis begitu kesulitan untuk menguasai Palestina yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah yang dipimpin Sultan Abdul Hamid. Sultan Abdul Hamid adalah orang yang paling mengerti siasat keji Zionis.
Berbagai laporan intelijen maupun masyarakat menegaskan bahwa Zionis tak main-main dalam makar mereka. Namun, Sultan Abdul Hamid kuat dan berani, tiga puluh tahun bertahta dengan sekuat tenaga ia berjuang mempertahankan Palestina. Meski ia sadar yang dihadapinya adalah Zionis. Organisasi Yahudi yang menjadi momok bagi dunia, memiliki koordinasi solid, menguasai dunia pers, dan berlimpah harta tak terkira.
Zionis berkali-kali membujuk Abdul Hamid agar dapat memberikan Palestina untuk Yahudi, tetapi upaya itu selalu gagal. Sultan Abdul Hamid selalu dengan tegas menolak memberikan Palestina dengan iming-iming apapun. Bahkan, Sultan menolak mentah-mentah rayuan pentolan zionis Theodor Herzl yang akan membantu Turki Utsmani melunasi semua utang dan memperbaiki sektor ekonomi kesultanan.
Ketegasan Sultan termaktub dalam perintahnya tahun 1888 yang melarang migrasi warga Yahudi Eropa ke wilayah Turki Utsmani, khususnya Palestina. Bahkan pada 1900 Sultan kembali memperketat izin ziarah warga Yahudi ke tanah suci hanya tiga bulan.
"Tahun 1897, Theodor Herzl terpilih sebagai presiden Zionis dalam Kongres Pertama Zionis di Basel, Swiss. Selanjutnya ia gunakan segala cara agar Sultan bertekuk lutut padanya. Penolakan Sultan membuatnya berpaling pada Kaisar Wilhelm II satu-satunya sekutu Sultan di Eropa untuk ikut membujuk Sultan, tapi upaya itu juga gagal," (Lihat buku Legenda 4 Umara Besar karya Indra Gunawan, penerbit, Elex Media Komputindo, 2014).
Ketika mereka tak berdaya dengan keteguhan Sultan Abdul Hamid, Herzl pun putus asa. Ia merasa tak akan bisa mengambil Palestina selagi Abdul Hamid berkuasa.
Akhirnya Herzl terang-terangan menggunakan taktik adu domba untuk menghancurkan Turki Utsmani. Zionis tak lagi menggunakan cara-cara persuasif, sebaliknya mereka bergerak secara rahasia di Palestina. Mereka dengan segala cara merebut lahan-lahan pertanian milik warga Palestina. Pada sisi lain, zionis mengguncang Istanbul dengan konspirasi tingkat tinggi. Tujuannya agar Sultan dimakzulkan.
"Gerakan Yahudi internasional bergerak serentak untuk memberikan bantuan pada musuh-musuh Sultan Abdul Hamid II. Mereka adalah para pemberontak Armenia, nasionalis Balkan, serta organisasi persatuan pembangunan. Yahudi selalu berdiri berdampingan dengan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari pemerintahan Utsmani," (Lihat buku Bangkit dan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah karya Prof Ali Muhammad Ash Shallabi, penerbit Pustaka Al Kautsar )
Alhasil berjalannya waktu Inggris dan Yahudi pun dapat menggulingkan Sultan. Selanjutnya Inggris dan Yahudi mendorong Mustafa Kemal melakukan berbagai rencana yang telah mereka susun. Yahudi pun semakin leluasa mencaplok sejengkal demi sejengkal tanah milik warga Palestina.