REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu menjadi khalifah, tidak jarang meminta pendapat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu.
Dikutip dari buku 150 Kisah Ali bin Abi Thalib yang ditulis Ahmad Abdul Al Al-Thahthawi yang disunting, diterjemahkan dan diterbitkan kembali PT Mizan Pustaka, 2016, dikisahkan bahwa di era Khalifah Umar bin Khattab, ada seorang wanita dihadapkan kepada khalifah.
Ternyata wanita tersebut tergila-gila mencintai seorang pemuda Anshar, tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan sehingga wanita itu membuat tipu daya, dia mengambil telur, membuang kuningnya dan menumpahkan bagian putih telur pada pakaiannya dan di antara kedua pahanya.
Kemudian, wanita yang sedang dimabuk cinta dan bertepuk sebelah tangan itu datang kepada Umar bin Khattab untuk mengadu.
Wanita tersebut berkata, "Laki-laki ini memerkosaku dan membuatku malu di tengah keluargaku. Inilah bukti perbuatannya."
Kemudian, Umar bin Khattab bertanya kepada kaum wanita. Kaum wanita berkata, "Pada pakaian dan tubuhnya terdapat bekas air mani."
Padahal itu adalah putih telur yang sengaja ditumpahkan wanita yang dimabuk cinta itu. Kaum wanita tertipu dan mengiranya itu adalah air mani.
Maka Umar bin Khattab hendak menghukum pemuda itu. Namun, karena merasa tidak berdosa, pemuda Anshar itu minta tolong.
Pemuda Anshar itu berkata, "Amirul Mukminin, telitilah urusan ini. Demi Allah, aku tidak melakukan perbuatan keji dan aku sama sekali tidak berkeinginan melakukannya. Dialah yang memaksaku, tetapi aku menolaknya.”
Kemudian Umar bin Khattab bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, "Wahai Abu Hasan (bapaknya Hasan), apa pendapatmu?"
Ali bin Abi Thalib memperhatikan bekas putih pada kain milik si wanita yang melakukan fitnah itu.
Kemudian, Ali bin Abi Thalib melakukan percobaan kimia, dia meminta air yang sangat mendidih, dan menuangkannya pada kain yang ternoda putih telur tersebut. Ternyata, cairan putih itu mengeras terkena air panas.
Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar
Kemudian, Ali bin Abi Thalib mengambilnya dengan tangannya dan menciumnya serta mencicipinya. Ali bin Abi Thalib tahu bahwa itu adalah putih telur.
Selanjutnya, Ali bin Abi Thalib menegur dengan tegas wanita pelaku fitnah tersebut sehingga wanita tersebut mengakui perbuatannya.