Jumat 27 Oct 2023 01:42 WIB

Strategi Salahuddin Al Ayyubi Bebaskan Baitul Maqdis

Salahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Peninggalan Dinasti Ayubiyah (ilustrasi)
Foto: republika
Peninggalan Dinasti Ayubiyah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan pasukan Salib merupakan pukulan berat bagi kaum Muslimin. Kaum Muslimin pun terus berupaya dan menunggu waktu yang tepat untuk membebaskan Baitul Maqdis dari emirat atau pemerintahan Salib. Upaya dan penantian itu berlangsung selama sembilan puluh dua tahun menurut perhitungan tahun Hijriyah dan delapan puluh delapan tahun menurut perhitungan Masehi (492-583 H/1099-1187 M) hingga Allah SWT menyiapkan bagi mereka pemimpin yang istimewa, tangguh, gagah berani, bertakwa dan wara'. Dialah Salahuddin Al Ayyubi. 

Salahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis dengan menyatukan barisan kaum Muslimin yang berada di selatan (Mesir) dan Utara (Syam) di bawah satu kepemimpinan Dinasti Ayyubiyah. Seperti halnya Nuruddin Mahmud yang menilai Mesir sebagai sayap kedua umat Islam setelah Syam dan Irak (Mosul), tanpanya umat Islam tidak bisa bangkit dan hanya bisanterbang dengan satu sayap. Salahuddin Al Ayyubi pun percaya bahwa penyatuan dua wilayah (Mesir dan Syam) akan menjadi jalan pembuka untuk menyerang dan melenyapkan eksistensi pasukan Salib di negeri-negeri kaum Muslimin. 

Baca Juga

Salahuddin Al Ayyubi mulai berangkat menuju Syam untuk menyatukan kaum Muslimin pada tahun 570 H/1175 M, tepatnya 5 bulan setelah wafatnya Nuruddin Mahmud. Pada tahun ini pula, Dinasti Ayyubiyah diakui oleh Khalifah Abbasiyah, bernama Al Mustahil Biamrillah, setelah Salahuddin Al Ayyubi berhasil menduduki Damaskus dan daerah-daerah lainnya. Setelah 13 tahun berjuang menyatukan wilayah-wilayah Islam yang berpecah belah, akhirnya Salahuddin Al Ayyubi benar-benar menjadi pemimpin yang berkuasa atas Mesir, Syam, Mosul dan negeri-negeri Muslim lainnya. Di tangannya terhimpun berbagai kekuatan pasukan yang sewaktu-waktu bisa dimobilisasi untuk tujuan strategis. 

Oleh karena itu, pada tahun 583 H terjadilah peperangan Hittin yang hasilnya sangat menguntungkan bagi kaum Muslimin baik secara moral maupun spiritual. Bahkan, kemenangan peperangan tersebut merupakan pintu terbukanya penaklukan-penaklukan berikutnya termasuk Baitul Maqdis. Sehingga pada beberapa bulan berikutnya Salahuddin Al Ayyubi mengajak kaum Muslimin untuk menyambut jihad akbar dalam membebaskan kiblat pertama dan bumi Isra' nabi Muhammad SAW.

Ibnu Katsir menyebutkan ketika kaum Muslim mendengar berita-berita kemenangan jihad Salahuddin Al Ayyubi dan beliau bermaksud untuk meneruskan jihad ke Baitul Maqdis, maka banyak dari kalangan ulama dan orang-orang saleh dari seluruh penjuru dunia berduyun-duyun ikut bergabung dalam barisan jihad tersebut dengan sukarela. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Baitul Maqdis bagi kaum Muslimin, di mana ia merupakan tanah yang diberkahi dan memiliki peran penting baik pada masa dahulu, sekarang dan akan datang. 

Oleh karenanya, dengan melihat sejarah tentang pembebasan Baitul Maqdis yang dilakukan oleh Salahuddin Al Ayyubi diharapkan akan menjadi motivasi dan picu langkah berikutnya dalam pembebasan Baitul Maqdis dari para penjajahnya, baik dari kalangan Nasrani maupun Yahudi.

(Sumber: Strategi Salahuddin Al Ayyubi dalam Penaklukan Baitul Maqdis 570-583 H, karya Amir Sahidin, penerbit Unida Gontor Press, 2022, halaman 6-8)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement