Ini adalah suatu nikmat dari Allah kepada mereka walaupun tidak sebesar nikmat yang dianugerahkan-Nya ketika Bendungan Ma’rib belum hancur dan musnah. Allah menyuruh mereka mempergunakan nikmat itu dengan sebaik-baiknya dan berjalan dengan membawa barang dagangan di antara negeri-negeri dengan aman, walaupun jarak yang ditempuh mereka kadang-kadang amat jauh.
Mereka dapat singgah di kampung-kampung yang ada di sekitar kota-kota besar itu bila merasa lelah. Bila mereka kemalaman mereka dapat berhenti di kampung yang terdekat dan demikianlah seterusnya.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika membahas tentang وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا (Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam)) beliau menjelaskan penduduk Saba melakukan perjalanan ke Syam lalu mereka bertemu di satu daerah yang terkenal dan mereka pun menyatu. Negeri yang terkenal itu sebagaimana dikatakan Al Aufi negeri yang dilimpahkan keberkahan yaitu adalah Baitul Maqdis (Al Quds atau Yerusalem saat ini).
وقال مجاهد والحسن وسعيد بن جبير ومالك عن زيد بن أسلم وقتادة والضحاك والسدي وابن زيد وغيرهم : يعنى: قرى الشام. يعنون أنهم كانوا يسيرون من اليمن إلى الشام في قرى ظاهرة متواصلة . وقال العوفي ، عن ابن عباس: القرى التي باركنا فيها: بيت المقدس.
Artinya: dan berkata Mujahid , dan Al Hasan, dan Said bin Jubair dan Malik dari Zaid bin Aslam dan Qatadah dan ad Dhahak dan Suudi, dan Ibnu Zaid dan lainnya: yakni Daerah Syam. yang dimaksud adalah bahwa mereka melakukan perjalanan dari Yaman ke Syam dalam suatu darah yang terkenal dan saling menyatu. Al Aufi berkata dari Ibnu Abas negeri yang diberkahi di dalamnya yaitu Baitul Maqdis. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, cetakan Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi, Saudi, Juz 6 halaman 509).