REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada bulan yang sama dari tragedi ar Raji', yakni Safar terjadi lagi tragedi serupa yang lebih memilukan. Yaitu yang dikenal dengan Tragedi Bir Maunah.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Tragedi ini berawal dari permintaan Barra' bin Amir bin Malik, agar Rasulullah ﷺ mengirim para sahabatnya ke negeri Najd untuk menyampaikan dakwah Islam di sana.
Mulanya Rasulullah ﷺ tidak bersedia karena khawatir akan keselamatan mereka. Namun, setelah Barra' memberikan jaminan perlindungan kepada mereka, akhirnya Rasulullah ﷺ mengutus 70 orang sahabat pilihan yang memiliki ilmu dan keutamaan.
Di tengah perjalan, di sebuah tempat bernama Bi'r (Sumur) Ma'unah, rombongan para sahabat beristirahat. Kemudian dari sana, rombongan sahabat mengutus Harom bin Milhan untuk mengirim surat Rasulullah ﷺ kepada Amir bin Thufail. Namun setelah menerima surat tersebut dia tidak memperhatikannya sama sekali, bahkan menyuruh seseorang untuk membunuh Harom bin Milhan. Ketika terbunuh, Harom sempat berucap :
“Allah Maha Besar, aku telah beruntung demi (Allah) Tuhannya Ka'bah”
Tidak hanya sampai disitu penghianatan Amir bin Thufail, dia bahkan menyerukan Bani Amir untuk menyerang sisa rombongan yang lain, namun mereka tidak menyambutnya. Kemudian Amir mengajak Bani Salim, mereka menyambutnya. Maka berangkatlah suku 'Ashiyah, Ra'I dan Dzakwan untuk mengepung sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ dan membantai mereka semuanya kecuali seorang sahabat yang pura-pura mati di tengah para sahabat lainnya yang terbunuh.
Mendengar berita tersebut, semakin dalam luka yang dialami Rasulullah ﷺ, apalagi karena hal tersebut terjadi akibat sebuah penghianatan.
Maka setelah itu, Rasulullah ﷺ melakukan qunut Nazilah dalam shalat-shalatnya, beliau mendoakan kehancuran bagi suku-suku yang telah membantai para sahabat Rasulullah ﷺ. Hal tersebut berlangsung selama 30 hari.