REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah mengenai tabiat Bani Israel kerap dijabarkan dalam sejumlah literatur. Salah satunya adalah tabiat mereka yang pelit ilmu.
Sedangkan umat Islam justru dianjurkan untuk menyebarkan ilmu yang dimiliki kepada khalayak luas. Bahkan ilmu yang bermanfaat dapat menjadi amal yang tak terputus pahalanya meski yang bersangkutan telah wafat. Hal ini berbeda dengan yang biasa terjadi pada umat Bani Israel.
Islam memerintahkan umatnya untuk menyebarkan ilmu yang dia miliki, meskipun ilmu itu hanya sedikit. Rasulullah SAW bersabda, “Ballighu anni walaw ayah." Yang artinya, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat."
Dalam hadits lainnya dijelaskan, “Nadharallahu imran sami’a minna haditsan fahafizhahu hatta yuballighagu ghairahu farubba haamili fiqhin ila man huwa afqahu minhu wa rubba haamili fiqhin laisa bifaqihin."
Yang artinya, “Allah akan menceriakan seorang hamba yang telah mendengar dari kami sebuah hadits dan dia menghafalnya hingga ia menyampaikannya pada orang lain. Bisa jadi pembawa fikih itu ke orang yang lebih fakih darinya dan bisa saja pembawa fikih itu bukanlah seorang fakih."
Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku Sentuhan Spiritual menjelaskan menyembunyikan ilmu dan tidak menyebarkannya kepada orang lain adalah di antara ciri khas Bani Israel. Hal ini adalah kebiasaan kaum Bani Israel yang dimurkai Allah SWT.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al Baqarah ayat 159, “Innalladzina yaktumuna maa anzalna minal-bayyinaati wal-huda min ba’di maa bayyannahu linnasi fil-kitabi ulaa-ika yal’anuhumullahu wa yal’anuhumulla’inun."
Yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati."