REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebelum pertempuran Uhud, Rasulullah ﷺ memberikan arahan kepada pasukannya untuk bersabar dan berjuang habis-habisan.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Lalu beliau ﷺ mengeluarkan pedangnya seraya berkata : “Siapa yang mengambil pedang ini dan memenuhi haknya?".
Beberapa orang berebutan untuk mengambilnya. Hingga kemu dian datang Abu Dujanah seraya berkata :
“Apa hak pedang tersebut ya Rasulullah ?”.
“Engkau tebas wajah musuh dengannya hingga mereka tunduk". Sabda beliau
“Saya yang akan mengambilkan hak untuknya ya Rasulullah” Katanya dengan lantang.
Akhirnya pedang tersebut diberikan kepadanya. Abu Dujanah terkenal pemberani, apabila sudah timbul amarahnya, maka dia memakai ikat kepala merah di kepalanya. Jika demikian, maka orang-orang mengetahui, bahwa dia akan berperang hingga mati.
Setelah mengambil pedang tersebut dan mengikatkan tali merah di kepalanya, dia berjalan di antara barisan dengan angkuh. Saat itu Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya itu adalah cara jalan yang dibenci Allah, kecuali dalam kondisi seperti ini”.
Pertempuran diawali oleh duel tanding. Saat itu Talhah bin Abi Talhah al Abdari dari pasukan kaum musyrikin keluar menantang duel pasukan kaum muslimin. Dia terkenal sebagai tentara paling berani dari Quraisy. Karena itu kaum muslimin menahan diri, hingga akhirnya keluar Zubair bin Awwam yang langsung lompat menyerangnya bak seekor singa. Tak berapa lama kemudian Talhah tersungkur di tanah menemui ajalnya.
Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bertakbir menyambut kemenangan tersebut sambil bersabda:
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki Hawary (pengikut setia). Dan Hawary ku adalah Zubair".
Setelah pertarungan tersebut, peperangan mulai berkecamuk antara kedua belah pihak. Pada awalnya peperangan dikuasai oleh kaum muslimin, meskipun jumlah mereka sangat sedikit. Pembawa panji-panji kaum musyrikin satu demi satu berguguran ditebas oleh senjata kaum muslimin, hingga panji tersebut jatuh dan tidak ada yang memungutnya kembali.
Di sisi lain Abu Dujanah yang mendapat pedang Rasulullah ﷺ untuk ditunaikan hak-haknya maju merangsek musuh dan membunuh siapa saja orang kafir yang menghadangnya. Begitu pula dengan Hamzah bin Abdul Muththalib yang berperang bagaikan singa lapar, menyerbu hingga ke tengah-tengah pasukan kafir.
Tak ketinggalan, regu pemanah memberikan andil besar dalam pertempuran, di mana mereka dapat menahan laju pasukan kaum musyrikin yang dihujani oleh panah-panah kaum muslimin dari atas bukit. Sesuatu yang tidak dikira sama sekali oleh musuh.
Secara keseluruhan kaum muslimin berperang dengan semangat tempur yang tinggi dan keimanan yang kuat, sehingga praktis mereka dapat menguasai pertempuran.