REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Guru Besar Fiqih di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Dr Attia Lashin mendapat pertanyaan dari seorang akuntan. Akuntan ini menceritakan bahwa dirinya bekerja di sebuah perusahaan besar lalu ketua dewan direksinya memintanya untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani.
"Ketua Dewan Direksi meminta saya untuk menuliskan angka-angka yang bertentangan dengan kenyataan. Haruskah saya mematuhinya atau melakukan apa yang diperintahkan hati nurani saya," tanya akuntan tersebut, dilansir Masrawy.
Attia Lashin menjelaskan, seorang mukmin yang sejati, yang merasa ridha kepada Allah sebagai Rabbnya, kepada Islam sebagai agamanya, dan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul, tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah SWT.
"Dia juga harus berusaha memuaskan hati nuraninya, apalagi jika hati nuraninya hidup dan terkoneksi dengan Allah, tidak ternodai oleh kehormatan dan tujuan duniawi. Dia melakukan pekerjaan duniawi seolah-olah dia diawasi Allah. Dia harus tahu bahwa Allah melihatnya," tuturnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
(أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك).
"(Ihsan adalah) engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari)
Karena itu, Attia Lashin mengingatkan, dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, seseorang harus menerapkan akhlak yang mulia, yaitu tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Menaati segala perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
Beriman dengan keimanan yang teguh dan tak tergoyahkan terhadap kalimat-kalimat Allah yang diwahyukan ke dalam hati orang-orang yang paling dicintai. Ingat pula firman Allah SWT berikut ini:
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At Taubah ayat 51)
Guru Besar Ilmu Hukum Perbandingan Al Azhar Kairo Mesir itu juga menyampaikan, tidak ada ketaatan kepada makhluk jika tidak menaati Sang Pencipta. Ketaatan itu hanya ada pada kebaikan.
"Dan karena atasan Anda di tempat kerja memaksa Anda untuk melawan hati nurani Anda dan ini mengakibatkan hilangnya hak-hakmu, maka Anda akan bertanggung jawab di hadapan Allah atas hal itu. Karena keadaannya seperti itu, maka Anda wajib menentangnya, dan tidak menaatinya. Adapun rezeki setiap orang itu bergantung pada Allah 'azza wa jalla," terangnya.