Senin 16 Oct 2023 20:37 WIB

Harah Al Magharibah yang Dibangun Shalahuddin Al Ayyubi, Dihancurkan Israel

Israel menghancurkan Harah Al Magharibah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Bangunan di Palestina yang dihancurkan Israel.
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Bangunan di Palestina yang dihancurkan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Dahulu, di dekat Masjid Al Aqsa, dekat tembok Kota Tua, dan dekat Tembok Buraq, ada lokasi yang dihuni orang-orang dari Maghreb (Maroko). Mereka datang untuk membebaskannya dari Tentara Salib. Ikut bertempur bersama Shalahuddin Al Ayyubi.

Setelah melewati masa pertempuran itu, mereka pun menimba ilmu di sana. Hingga kemudian tempat itu dinamai Harah Al Magharibah, yang berarti Distrik Orang-Orang Maghreb/Maroko.

Baca Juga

Lokasi tersebut mulai dihuni orang-orang Maghreb pada tahun 1187 M. Tempat ini memiliki keunikan cara membangun rumahnya. Rumah-rumah yang menempel dengan tembok tebal, di atasnya terdapat lengkungan, kubah, dan ruangan-ruangan kecil, serta diselingi dengan bangunan-bangunan kecil, dengan gang-gang sempit sumur dan pintu masuk kecil.

Lingkungan bersejarah lama ini telah mengalami banyak perubahan, sejak masa kekuasaan negara Ayyubiyah dan pemerintahan Ottoman. Di tahun 1967, pasukan pendudukan Israel menyerbu lingkungan tersebut dan menghancurkan semuanya.

Semua orang yang tinggal di dalamnya terpaksa mengungsi. Banyak di antara mereka yang meninggal dunia. Sebagian lagi ada yang masih hidup, dan ada yang dinyatakan hilang. Setelah terjadi Perang Juni 1967, Harah Al Magharibah berubah menjadi lingkungan khusus bagi orang Yahudi, tempat mereka berdoa di Tembok Buraq, dan semua bangunan kuno serta jejak sejarah yang membedakannya dilenyapkan.

Awal mula keberadaan orang-orang Maghreb di wilayah Yerusalem dimulai pada masa menjelang Perang Hattin 1187. Mereka mulai berbondong-bondong datang ke kota Yerusalem, untuk ikut serta dalam pertempuran antara Tentara Salib dan umat Islam yang dipimpin oleh Salahuddin Al Ayyubi, pendiri negara Ayyubiyah.

Setelah kemenangan umat Islam dalam pertempuran yang menentukan ini, di mana sebagian besar wilayah yang diduduki Tentara Salib dibebaskan, Shalahuddin Al Ayyubi mempertahankan pasukan dari kalangan Maghreb yang berperang bersamanya. Persentase populasi mereka sekitar 25 persen dari total tentara yang dia pimpin. Peran orang-orang Maghreb memang signifikan dalam menaklukkan Tentara Salib. Apalagi mereka hadir di semua lokasi, baik darat maupun laut.

Orang-orang Maghreb menetap di bagian barat daya Tembok Buraq, yang dianggap sebagai daerah yang mudah dijangkau musuh. Namun, Shalahuddin Al Ayyubi berkata, "Di sana aku tempatkan orang-orang yang berjuang di darat maupun laut. Dan aku titipkan kepada mereka masjid suci dan kota ini."

Pada masa pemerintahan Raja Al Afdal Nur Al Din Al Hakam, banyak fasilitas lain yang dibangun di dalam Harah Al Magharibah, termasuk sekolah dan masjid. Lalu pada tahun 1300, berubah menjadi tempat yang ramai dikunjungi penduduk yang berasal dari Maghreb, untuk tujuan pendidikan dan ziarah.

Lalu pada masa pemerintahan Ottoman, daerah tersebut terus eksis dan bahkan berkembang lebih pesat secara intelektual, ilmiah, dan religius. Sampai menarik perhatian para cendekiawan, pemikir, dan ulama, termasuk syekh sufi, peziarah, pedagang, dan lainnya.

Karena banyaknya orang yang masuk ke sana, Ottoman membuat beberapa perubahan dalam penampilan dan luas lingkungan Harah Al Magharibah, dengan menghilangkan gerbang utamanya, dan membangun gerbang yang jauh lebih besar. Sehingga mengarah langsung ke Masjidil Haram, dengan perluasan alun-alun menjadi alun-alun luar, yang kemudian disebut "Al Magharib Al Baraniyya".

Selama bertahun-tahun, orang-orang dari Tunisia, Libya, Maroko, dan Aljazair terus berbondong-bondong ke kota Yerusalem. Selama itulah orang-orang dari Tunisia, Libya, Maghreb, dan Aljazair menetap di lingkungan Maghreb.

Bertahun-tahun sebelum tirai kisah sejarah Harah Al Magharibah ditutup sepenuhnya, tepatnya pada tahun 1955, Raja Mohammed V dari Maroko saat itu mengeluarkan keputusan untuk mendirikan rumah sakit di sana. Untuk memberikan layanan kesehatan berkualitas tinggi kepada masyarakatdi sana.

Rumah sakit ini secara resmi dibuka pada tanggal 14 Juli 1956, di hadapan Menteri Luar Negeri Maroko yang saat itu ditunjuk, Abdelkhalek Touras, dan disebut Rumah Sakit Maroko. Rumah sakit ini memberikan banyak layanan kesehatan gratis kepada penduduk lingkungan sekitar dan lingkungan terdekat lainnya, termasuk departemen darurat, bedah, penyakit dalam, wanita, bersalin, dan anak-anak.

Rumah sakit ini juga dilengkapi dengan peralatan dan peralatan medis terkini yang dapat disediakan, dengan staf medis, keperawatan, apoteker dan teknis yang sebagian besar berasal dari Maroko.

DIHANCURKAN ISRAEL PADA 1967

Namun semuanya berubah setelah Israel menyerang. Pada tahun 1967, pasukan pendudukan Israel menghancurkan lingkungan tersebut. Tepatnya pada bulan Juni 1967, setelah Perang Enam Hari atau Perang Juni 1967, pasukan pendudukan Israel menyerang penduduk Harah Al Magharibah. Menghancurkan semua bangunan dan fasilitas dasar, serta mengevakuasi penduduk dari lingkungan tersebut. Banyak keluarga yang mengungsi. Sebagian besar warga tewas, dan yang lainnya menghilang.

Jumlah bangunan arkeologi yang dihancurkan oleh pasukan pendudukan Israel mencapai lebih dari 135 bangunan. Termasuk sebagian Masjid Al-Buraq Al-Sharif yang menempel pada Tembok Al Buraq di sisi barat daya Masjid Al Aqsa.

Tujuan Israel di balik penghancuran Harah Al Magharibah, dan beberapa lingkungan lainnya, adalah untuk memperluas wilayah yang berdekatan dengan Tembok Buraq untuk mengungkap bagian-bagian tersembunyi dari Tembok Ratapan, yang di halamannya merupakan tempat orang-orang Yahudi berdoa.

Menurut Saadia Rizq Al-Khatib, salah satu wanita yang tinggal di lingkungan Harah Al Magharibah, serangan militer Israel tidak memberi kesempatan kepada dirinya dan warga lain untuk bisa melarikan diri atau bahkan membawa barang-barang penting mereka.

"Tempat ini seperti kota yang melayani seluruh masyarakat Yerusalem. Ada institusi, taman kanak-kanak, sekolah, klinik, dan kantor polisi Yordania, dan ada penduduknya. Peluru itu bagaikan hujan yang mengenai kepala warga sipil," kata Al Khatib menggambarkan peristiwa tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada malam hari dan dia lagi di luar rumah. Dan ketika Al Khatib pulang, rumahnya sudah hancur. Setiap orang yang selamat bersembunyi di sebuah rumah di bawah tembok masjid.

 

 

sumber : Arabic Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement