Senin 16 Oct 2023 14:25 WIB

Kisah Nabi Muhammad SAW Meminta Hujan

Musim kemarau pernah terjadi di masa Nabi Muhammad.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Replika cincin Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto:

Kemudian Rasulullah SAW menghadap kiblat, dengan kedua tangan masih terangkat. Lalu, membalikkan selendangnya. Setelah itu, beliau kembali menghadap orang banyak. Lalu, turun dari mimbar dan mengimami shalat sunnah istisqo dua rakaat.

Orang-orang masih berkumpul di tempat tersebut, ketika Allah SWT menciptakan awan, disusul suara petir, dan hujan pun turun. Melihat doa mereka cepat dikabulkan, Rasulullah SAW tersenyum hingga terlihat gigi serinya. Lantas beliau bersabda, "Aku bersaksi bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya aku adalah hamba dan utusan-Nya." (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim menilainya sebagai hadits shahih)

Rasulullah SAW Pernah Meminta Hujan Gerimis

Sa'ad ra menyatakan, setelah shalat Istisqa, Rasulullah SAW berdoa, “Wahai Allah, ratakanlah kepada kami awan yang tebal, kuat, berarak-arak, dan memancarkan kilat yang membawa hujan yang sederhana, gerimis, dan rintik-rintik. Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Mahamulia." (HR. Abu Awanah)

Doa Rasulullah SAW Saat Meminta Hujan

Amr bin syu'aib mendengar dari ayahnya, dari kakeknya yang memberitahukan, "Apabila Rasulullah SAW meminta agar hujan turun, maka belian memanjatkan doa, Wahai Allah, berikanlah minuman kepada hamba-hamba-Mu dan binatang-binatang-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu, serta hidupkanlah negeri-Mu yang mati itu." (HR. Abu Dawud)

Rasulullah SAW Meminta Hujan yang Bermanfaat

Salim bin Abdullah mendengar dari ayahnya, bahwa apabila meminta hujan, Rasulullah SAW berdoa,

"Wahai Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang menyelamatkan, menyuburkan, lebat, menyenangkan, merata manfaatnya, menyeluruh, memuaskan, dan segera. Wahai Allah, turunkanlah hujan kepada kami, Janganlah Engkau jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang berputus asa. Wahai Allah, seluruh hamba, negeri, ternak dan makhluk sedang menghadapi keletihan, kesukaran, dan kepayahan. Tiada tempat mengadu dalam masalah ini, selain hanya kepada Engkau. Wahai Allah, tumbuhkanlah tanaman kami dan keluarkanlah susu perahan kami, hujanilah kami dari berkah langit dan tumbuhkanlah tumbuh-tumbuhan dari berkah Bumi. Wahai Allah, hilangkanlah kesukaran kami, kelaparan, dan kemiskinan, jauhkanlah semua bencana dari diri kami. Sebab tiada yang dapat menghalaukan itu semua, selain Engkau. Wahai Allah, kami mohon ampunan-Mu, sebab Engkau adalah Maha Pengampun. Karena itu turunkanlah hujan dari langit selebat-lebatnya." (HR. Imam Syafi'i)

Meminta Hujan Tanpa Shalat Istisqa

Ibnu Abbas ra mengabarkan, ada seorang Badui yang menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya datang menghadapmu sebagai utusan satu kaum yang sedang ditimpa musim paceklik. Tidak ada pengembala yang mendapat bekal air, dan tidak ada seekor kambing pun yang dapat menggerakkan ekornya."

Saat itu juga, Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan berdoa, "Wahai Allah, turunkanlah hujan yang menyegarkan, membawa akibat yang baik, menyuburkan, bermanfaat, lebat, serta dalam waktu yang segera, dan jangan sampai terlambat." Seketika itu juga hujan turun. (HR. Ibnu Majah dan Abu Awanah).

Hujan turun sebab kemuliaan Nabi Muhammad saw melalui doa-doa beliau, ternyata terjadi tidak hanya ketika Muhammad sudah diutus menjadi Nabi. Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Ar-Rahiq Al-Makhtum, kemuliaan Nabi Muhammad sejak masih berusia 8 tahun, sudah menjadi penyebab dikabulkannya doa turun hujan kepada penduduk Makkah. Ketika itu, penduduk Makkah sedang dilanda musim paceklik, tidak ada hujan selama berbulan-bulan menyebabkan kekeringan dan terjadinya kelaparan.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Julhumah bin Urfuthah yang pada suatu hari datang ke Makkah saat penduduknya mengalami paceklik. Orang-orang Quraisy berkumpul guna mencari solusi atas situasi sulit tersebut. Mereka kemudian sepakat untuk mengadu kepada Abu Thalib. "Abu Thalib, lembah mulai mengering dan keluarga kami kelaparan. Berdoalah untuk minta hujan."

Lantas Abu Thalib keluar bersama Muhammad kecil dan mengajaknya ke sekitar Ka'bah. Di sana, Abu Thalib menyandarkan punggung kemenakannya itu di dinding Ka'bah dan meminta Muhammad kecil untuk menengadahkan kedua tangannya.

Saat itu langit bersih tanpa awan. Namun, tidak lama kemudian awan berdatangan dari segala penjuru dan hujan pun turun dengan deras. Lembah Makkah memancar airnya, ladang dan gurun menjadi subur.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement