Ahad 15 Oct 2023 10:34 WIB

Sisi Lain dari Perjalanan Nabi Muhammad dari Palestina ke Sidratul Muntaha

Perjalanan Nabi Muhammad dari Palestina ke Sidratul Muntaha dalam Isra Miraj.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Sisi Lain dari Perjalanan Nabi Muhammad dari Palestina ke Sidratul Muntaha. Foto: Ilustrasi Isra Miraj
Foto:

Peristiwa Isra Mi'raj

Peristiwa Isra Mi'raj merupakan perjalanan Rasulullah melintasi tujuh langit sesuai dengan perintah Allah. Dalam setiap langit, Rasulullah menjumpai sosok-sosok yang dikehendaki Allah.

Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menjabarkan, Isra Miraj Nabi merupakan perjalanan yang istimewa. Rasulullah menempuh perjalanan dari langit ke langit hingga langit yang ketujuh. Di puing-puing kuil Sulaiman, Nabi shalat bersama dengan Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa. Kemudian dibawakan tangga yang lalu dipancangkan di atas batu Nabi Yakub.

Dengan tangga itu, Rasulullah SAW cepat-cepat naik ke langit. Langit pertama terbuat dari perak murni dengan bintang-bintang yang digantungkan dengan rantai-rantai emas. Setiap langit itu dijaga oleh malaikat supaya jangan ada setan-setan yang bisa naik ke atas atau akan ada jin yang mendengarkan rahasia-rahasia langit.

Di tempat ini pula semua makhluk memuja dan memuji Allah SWT. Di langit pertama, Rasulullah SAW berjumpa dengan Nabi Adam. Pada keenam langit berikutnya, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Nuh, Nabi Harun, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Idris, Nabi Yahya, dan Nabi Isa.

Juga di tempat itu, beliau melihat Malaikat Izrail yang besarnya jarak antara kedua matanya saja adalah sejauh 7.000 hari perjalanan. Dan karena kekuasaan Allah SWT, yang berada di bawah perintahnya adalah 100 ribu kelompok. Ia sedang mencatat nama-nama mereka yang lahir dan yang mati dalam sebuah buku besar.

Rasulullah juga melihat malaikat air mata yang menangis karena dosa-dosa orang. Malaikat dendam yang berwajah tembaga yang menguasai anasir api dan sedang duduk di atas singgasana dari nyala api. Dan dilihatnya juga ada malaikat yang besar luar biasa, separuh dari api dan separuh lagi dari salju, dikelilingi oleh malaikat-malaikat yang merupakan kelompok yang tiada hentinya berzikir kepada Allah.

Sementara di langit ketujuh adalah tempatnya orang-orang yang adil. Dengan di dalamnya malaikat yang lebih besar dari bumi ini dan seluruhnya. Ia mempunyai 70 ribu kepala dan setiap kepala ada 70 ribu mulut, setiap mulut 70 ribu lidah, setiap lidah dapat berbicara dalam 70 ribu bahasa, setiap bahasa dengan 70 ribu dialek. Semua itu memuja dan memuji serta mengkuduskan Allah SWT.

Nabi terkesima dengan apa yang dilihatnya, melihat dan merenungkan makhluk-makhluk ajaib itu. Tiba-tiba Nabi membumbung lagi sampai ke Sidratul Muntaha yang terletak di sebelah kanan Arsy, menaungi berjuta-juta ruh malaikat.

Sesudah melangkah, tidak sampai sekejap matapun ia sudah menyebrangi lautan-lautan yang begitu luas dan daerah-daerah cahaya yang terang-benderang. Lalu, bagian lain yang gelap gulita disertai berjuta-juta tabir kegelapan, api, air, udara, dan angkasa.

Setiap macam dipisahkan oleh jarak 500 tahun keagungan dan kesatuan. Di balik itu, terdapat 70 ribu kelompok malaikat yang bersujud tidak bergerak dan tidak pula diperkenankan meninggalkan tempat.

Kemudian terasa lagi Rasulullah SAW membumbung ke atas tempat Yang Maha Tinggi. Beliau terpesona, tiba-tiba bumi dan langit menjadi satu, hampir-hampir tak dapat lagi ia melihatnya, seolah-olah sudah hilang tertelan. Keduanya tampak hanya sebesar biji-bijian di tengah-tengah ladang yang membentang luas. Begitulah harusnya manusia merasa di hadapan Allah SWT, kecil tiada daya upaya kecuali dengan kekuasaan dan kasih sayang Allah.

Kemudian Nabi sudah berada di hadapan Arsy, sudah dekat sekali. Beliau sudah dapat melihat Allah dengan persepsinya dan melihat segalanya yang tidak dapat dilukiskan dengan lidah, di luar jangkauan otak manusia akan dapat menangkapnya. Allah mengulurkan sebelah tangan-Nya di dada Nabi dan yang sebelah lagi di bahunya. Ketika itu Rasulullah merasakan kesejukan di tulang punggungnya, kemudian rasa tenang, damai, lalu fana ke dalam Diri Allah yang terasa membawa kenikmatan. Di sanalah Allah SWT menyampaikan perintah shalat kepada kekasih-Nya.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement