Adapun Yavuz Sultan Selim memasuki Yerusalem pada 29 Desember 1516. Dilansir di Daily Sabah, di bawah pemerintahan Ottoman, wilayah Palestina dipecah menjadi tiga negara; Yerusalem, Gaza, dan Nablus. Semuanya terkait dengan Provinsi Damaskus.
Palestina, pada periode terakhir Kesultanan Utsmaniyah, pertama kali dikaitkan dengan negara Sidon, kemudian dengan Suriah. Kemudian, dengan Beirut yang didirikan pada periode terakhir.
Ottoman memerintah di Palestina selama 401 tahun dan rakyat Palestina tidak merasa terancam atau terjajah. Adapun Palestina dulu dan sekarang masih merupakan wilayah yang sangat penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Secara khusus, tempat-tempat suci di Yerusalem tidak dapat dibagi. Bahkan berbagai denominasi Kristen pun saling berkonflik.
Di bawah penjajahan Israel
Akar mula jatuhnya Palestina ke tangan Israel merupakan sebuah catatan sejarah yang suram, penuh intrik, dan kerap manipulatif dalam realita yang dikonstruksi Israel. Bersama sekutu-sekutunya, kekuasaan Israel di Palestina kian tak terbendung.
Benang merah konflik Timur Tengah bertali-temali dengan cita-cita awal gerakan zionisme yang didirikan Theodore Herzl pada 1896. Dari sana, peristiwa demi peristiwa kian menyulitkan bagi Palestina, terutama dua peristiwa petaka yang boleh dibilang menjadi cikal bakal berdirinya negara Israel di Palestina.
Sebelum jauh ke dua peristiwa petaka yang membuat rakyat Palestina perlahan-lahan terusir dari tanahnya sendiri, kongres pertama gerakan zionis di Basle, Swiss, tahun 1897 merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai-berai di seluruh dunia.