Senin 09 Oct 2023 16:13 WIB

Nasib Beda Rakyat Palestina di 400 Tahun Pemerintahan Ottoman

Palestina saat ini menghadapi penjajah Israel.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Seorang perempuan membaca Alquran dengan latar belakang Dome of Rock, kompleks Masjid Al Aqsa, Palestina.
Foto: republika
Seorang perempuan membaca Alquran dengan latar belakang Dome of Rock, kompleks Masjid Al Aqsa, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Palestina telah melalui banyak banyak sejarah, salah satunya saat berada di bawah kekuasaan Ottoman pada abad ke-16. Yakni ketika Yavuz Sultan Selim mengalahkan penguasa Mamluk Kansu Gavri dalam Pertempuran Marj Dabiq pada tahun 1516, Suriah dan Palestina bergabung ke tanah Ottoman.

Adapun Yavuz Sultan Selim memasuki Yerusalem pada 29 Desember 1516. Dilansir di Daily Sabah, Senin (9/10/2023), di bawah pemerintahan Ottoman, wilayah Palestina dipecah menjadi tiga negara; Yerusalem, Gaza, dan Nablus. Semuanya terkait dengan Provinsi Damaskus. Palestina, pada periode terakhir Kesultanan Utsmaniyah, pertama kali dikaitkan dengan negara Sidon, kemudian dengan Suriah, dan kemudian dengan Beirut, yang didirikan pada periode terakhir.

Baca Juga

Ottoman memerintah di Palestina selama 401 tahun dan rakyat Palestina tidak merasa terancam atau terjajah. Adapun Palestina dulu dan sekarang masih merupakan wilayah yang sangat penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Secara khusus, tempat-tempat suci di Yerusalem tidak dapat dibagikan. Bahkan berbagai denominasi Kristen pun saling berkonflik.

Setelah penaklukan wilayah tersebut, Kesultanan Utsmaniyah juga menerapkan metode administratifnya sendiri di Palestina dan rezim Utsmaniyah mendominasi wilayah tersebut. Ketika pasukan Barat menginvasi wilayah tersebut pada abad ke-19, kekacauan yang tiada akhir dimulai di Palestina dan wilayah lain di Timur Tengah.

Pada tahun 1917, perang terjadi di semua lini dalam Perang Dunia I. Namun, pasukan Ottoman mulai mundur, kehilangan banyak tempat di front selatan. Pada tanggal 11 Maret 1917, Bagdad jatuh. Tuncay Yılmazer, yang belajar tentang front Palestina setelah Canakkale, menjelaskan secara rinci perang di Palestina dalam artikelnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement