Kamis 05 Oct 2023 16:13 WIB

Generasi Shaleh Terdahulu Tetap Puasa Sunnah di Musim Panas, Ini Kisah Keshalehan Mereka

Puasa sunnah tak ditinggalkan generasi shaleh terdahulu saat musim panas.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Generasi Shaleh Terdahulu Tetap Puasa Sunnah di Musim Panas, Ini Kisah Keshalehan Mereka. Foto:   Sahabat Nabi (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Generasi Shaleh Terdahulu Tetap Puasa Sunnah di Musim Panas, Ini Kisah Keshalehan Mereka. Foto: Sahabat Nabi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mungkin sebagian besar orang lebih memilih untuk berleha-leha di dalam rumah saat dilanda cuaca panas yang berkepanjangan. Namun lain halnya dengan generasi shaleh terdahulu.

Generasi shaleh terdahulu melihat musim panas sebagai harta rampasan yang tidak boleh dilewatkan. Sebab, di saat cuaca panas itulah mereka bisa mendulang pahala yang besar dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan amal ibadah.

Baca Juga

Mereka justru sering berpuasa di musim panas, dengan harapan bisa menyelamatkan mereka dari panasnya hari kiamat kelak. Misalnya Muadz bin Jabal RA. Ketika ajal menjemputnya, dia tidak bersedih karena akan meninggalkan harta, anak dan keluarganya. Dia juga tidak menangisi hilangnya kebahagiaan di dunia.

Namun Muadz bin Jabal justru sedih karena dia tidak bisa lagi berpuasa di tengah cuaca panas yang terik. Tidak lagi merasa haus karena puasa yang dijalaninya selama musim panas. Dia sedih berpisah dengan puasa di hari yang sangat panas, di samping rasa sedihnya karena tidak bisa lagi sholat malam dan berinteraksi dengan orang-orang shaleh.

Dalam sebuah atsar Sahabat Nabi SAW, Abu Dzar Al Ghifari biasa berkata:

 يأيها الناس إني لكم ناصح، إني عليكم شفيق، صلوا في ظلمة الليل لوحشة القبور، وصوموا الدنيا لحر يوم النشور.

"Wahai manusia, aku menasihati kalian, dan aku menyayangi kalian. Dirikanlah sholat dalam gelapnya malam untuk menghadapi sepinya alam kubur. Dan berpuasalah di dunia ini sampai tiba panasnya hari kiamat."

Atsar tersebut ada dalam "Al Zuhd" karya Ahmad bin Hanbal, "Hilyah Al Awliya" karya Abu Nu'aim Al Asbahani, "Syu'ab Al Iman" karya Al Baihaqi, dan "Tarikh Damaskus" karya Ibnu Asakir.

Selain itu juga ada kisah lain yang menggambarkan generasi terdahulu justru meningkatkan amal ibadah di musim panas yang begitu terik. Suatu kali, Abdullah bin Umar RA, sedang bepergian bersama para sahabatnya.

Di tengah perjalanan, mereka berhenti dan menyiapkan meja untuk makan. Kemudian seorang penggembala lewat, dan mereka pun mengajaknya untuk makan bersama. Lalu penggembala itu berkata, "Saya sedang berpuasa."

Lalu Ibnu Umar RA berkata, "Di hari yang begitu panas ini, di antara karang-karang ini, di tengah jejak domba-domba ini, engkau berpuasa?

Penggembala itu menjawab, "Aku melakukannya di hari-hariku yang lowong ini."

Ibnu Umar RA kagum padanya, lalu dia bertanya, "Bisakah engkau menjual seekor domba kepada kami, lalu kami akan memberi engkau makan melalui dagingnya untuk berbuka puasa? Kami akan membayarnya."

Kemudian penggembala itu berkata, "Itu bukan milikku, itu milik tuanku."

Lantas Ibnu Umar RA bertanya lagi, "Apa yang akan dikatakan oleh tuanmu jika kamu menyampaikan kepadanya bahwa serigala telah memakan dombanya?"

Penggembala tersebut, sambil mengangkat jarinya ke langit, berkata, "Kalau begitu, di manakah Allah Tuhan?"

Ibnu Umar RA terus mengulangi perkataannya. Ketika tiba di Madinah, dia memanggil majikan si penggembala itu, lalu membeli penggembala tersebut dan domba darinya. Kemudian Ibnu Umar RA membebaskan sang penggembala itu dan memberinya domba.

Sumber:

http://saaid.org/Doat/alnaim/16.htm#:~:text=%D9%88%D8%B1%D9%88%D9%89%20%D8%A3%D9%86%D8%B3%20%D8%A8%D9%86%20%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%83%20%D8%B1%D8%B6%D9%8A,%D9%81%D9%8A%D9%87%20%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A7%D8%B3%20%D9%88%D8%AA%D8%B9%D8%AC%D9%8A%D9%84%D9%87%D8%A7%20%D9%81%D9%8A%20%D8%A7%D9%84%D8%B4%D8%AA%D8%A7%D8%A1.

https://www.islamink.com/2021/08/blog-post_16.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement