REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Islam merupakan agama terakhir yang Allah turunkan ke muka bumi yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, Allah menciptakan Rasulullah jauh sebelum Nabi-Nabi sebelumnya, bahkan sebelum alam semesta ini Allah ciptakan.
Lantas, benarkah jika ada anggapan bahwa sesungguhnya setiap orang yang lahir ke dunia ini merupakan seorang Muslim? Dilansir di About Islam, Kamis (5/10/2023), sesungguhnya setiap bayi yang baru lahir dilahirkan dalam keadaan suci yang siap menerima keimanan kepada Allah dan Keesaan-Nya yang merupakan fitrah.
Kemudian, orang tuanya akan mengajarinya sesuai dengan fitrah ini atau memisahkannya dari Jalan yang benar dengan mengajarkan kepadanya keyakinan dan kepercayaan yang salah. Allah SWT menciptakan semua manusia dan menganugerahi mereka kecenderungan untuk beriman dan berserah diri hanya kepada-Nya.
Tidak ada anak yang baru lahir yang tidak terlahir dengan fitrah (watak alami keimanan). Ada yang tetap dengan fitrahnya, ada pula yang disesatkan setan di kalangan manusia dan jin. Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits qudsi, “Allah SWT berfirman, ‘Aku menciptakan semua hamba-hamba-Ku hunafa’ (yakni mengikuti agama yang asli yaitu tauhid), kemudian setan menyesatkan mereka dari agamanya dan melarang mereka dari agama tersebut. apa yang Aku halalkan bagi mereka dan perintahkan mereka untuk mempersekutukan dengan-Ku apa yang tidak Aku turunkan suatu otoritas untuk itu.” (HR Muslim)
Nabi SAW juga bersabda, “Setiap anak dilahirkan dengan fitrah, namun orang tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Zoroastrian.” (HR Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi berkata, “Perkataan Allah ‘Aku menciptakan semua hamba-Ku hunafa’’ artinya umat Islam. Namun dimaknai juga berarti mereka 'suci dari dosa' dan mereka “lurus (di Jalan yang Benar), kembali kepada Allah dan menerima petunjuk' Kemudian setan menyesatkan mereka, sehingga mereka menjauhkan mereka dari apa yang mereka ikuti dan membawa mereka pada kepalsuan.”
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Ar Rum ayat 43, “Fa aqim wajhaka lid diinil qaiyimi min qabli any yaatiya Yawmul laa maradda lahuu minal laahi Yawma'iziny yassadda'uun.”
Yang artinya, “Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari (kiamat) yang tidak dapat ditolak, pada hari itu mereka terpisah-pisah.”
Adapun Ibnu Katsir berkata, “Allah SWT menyuruh kita untuk mengarahkan wajah kita dan tekun dalam agama yang telah Allah tetapkan bagi kita, beribadah kepada Allah saja (tidak menyekutukan Allah), agama Ibrahim (Abraham), yang kepadanya Allah telah memberi petunjuk kepada kita dan yang telah Dia sempurnakan bagi kita dengan kesempurnaan yang semaksimal mungkin. Dengan demikian, kita juga akan berpegang teguh pada fitrah sehat yang dengannya Dia menciptakan ciptaan-Nya. Allah menciptakan ciptaan-Nya untuk mengenal Dia dan Keesaan-Nya serta mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Dia.”