Senin 02 Oct 2023 18:40 WIB

Kisah Pernikahan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang Mahsyur 

Syekh Ahmad Khatib menikah di Arab Saudi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Cover Novel biografi Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
Foto: Dok Republika
Cover Novel biografi Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kisah perjalanan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dalam menimba ilmu dan berdakwah sangat menarik untuk diulas. Dia telah mengharumkan nama nusantara melalui kegigihannya menuntut ilmu di Makkah, Arab Saudi, pada waktu sebelum kemerdekaan Indonesia.

Ulama asal Minangkabau itu lahir pada tahun 1860 (menurut Buya Hamka) di Nagari Koto Tuo, Sumatera Barat. Kemudian wafat di Makkah pada tanggal 13 Maret 1916 pada usia 56 tahun.

Baca Juga

Pada Sabtu 30 September 2023, Republika berkesempatan menemui keturunan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Jakarta. Yasser Bahjatt, namanya. Dia adalah generasi kelima keturunan Syekh Ahmad Khatib dari garis ibu.

"Saya, lalu dari ibu saya, dari kakek saya, dari ayah kakek saya, dari ayahnya, barulah Syekh Ahmad Khatib," kata Bahjatt menjelaskan nasab keturunannya hingga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Bahjatt yang lahir di Arab Saudi ini tidak bisa bahasa Indonesia.

Dia menyampaikan, semangat belajar dan menuntut ilmu di kalangan keluarganya itu menurun dari Syekh Ahmad Khatib. Paman-paman Bahjatt memiliki gelar akademik. Di antaranya yang bergelar profesor dan doktor.

"Syekh Ahmad Khatib dikenal sebagai sosok yang tholabul 'ilm (senang menimba ilmu). Maka tak heran semua paman saya dari garis ibu itu punya gelar akademik. Tradisi tholabul 'ilm ini ada karena tradisi yang diajarkan di masa kecil," tuturnya.

photo
Yasser Bahjatt, salah satu keturunan generasi kelima dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. - (Republika/Umar Mukhtar)

 

Ada satu kisah yang diturun-temurunkan dari generasi ke generasi hingga Bahjatt pun mengetahuinya. Kisah tersebut adalah tentang bagaimana Syekh Ahmad Khatib menikah di Arab Saudi. Ini berawal dari Shalih Al Kurdi, yang kelak menjadi mertua Syekh Ahmad Khatib. Al Kurdi adalah keluarga terpandang di Makkah, kaya raya, dan memiliki sejumlah putri.

"Seseorang datang untuk melamar putri Al Kurdi, yang merupakan keluarga terpandang dan kaya, tetapi Al Kurdi memilih Syekh Ahmad Khatib untuk menikah dengan putrinya. Padahal dia tidak punya uang, dan bisa dikatakan miskin. Tetapi Al Kurdi tetap menikahkan putrinya dengan Syekh Ahmad Khatib," ujarnya.

Bahjatt melanjutkan, Shalih Al Kurdi tetap menikahkan sang putri dengan Syekh Ahmad Khatib karena mengagumi keilmuan dan dakwahnya. Saat itu Syekh Ahmad juga menjadi guru yang memiliki sejumlah murid di Al Haram. Tradisi keluarga Al Kurdi, terang Bahjatt, mengharuskan putri mereka menikah dengan sosok yang berilmu.

"Karena itu, hubungan antara keluarga Al Kurdi dan keturunan Syekh Ahmad Khatib itu sangat kuat. Di setiap generasi, setidaknya ada satu-dua orang dari keluarga Syekh Ahmad Khatib yang menikah dengan keluarga Al Kurdi. Bahkan, saudara saya, yang sekarang adalah syekh di Al Haram Al Madani, juga menikah dengan perempuan dari Al Kurdi," jelasnya.

Syekh Ahmad Khatib adalah menantu idaman bagi Shalih Al Kurdi. Setelah wafatnya Khadijah, nama istri Syekh Ahmad Khatib, Al Kurdi mempersilakan Syekh Ahmad Khatib untuk menikah dengan putrinya yang lain. Hingga kemudian Syekh Ahmad Khatib menikah dengan Fatimah, saudari kandung istrinya.

"Inilah bagaimana kuatnya hubungan dua keluarga yang saling mengagumi. Keluarga dari Syekh Ahmad Khatib sangat mengapresiasi keluarga Al Kurdi karena telah menaruh hormat yang luar biasa kepada pencari ilmu (tholabul 'ilm). Bagi keluarga Al Kurdi, tholabul 'ilm adalah value yang sangat berharga. Dan semangat tholabul 'ilm ini datang dari Syekh Ahmad Khatib," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement