Sabtu 30 Sep 2023 12:25 WIB

Kisah Pemboikotan Kafir Quraisy dan Rayap yang Memakan Perjanjian Boikot

Kaum Muslim mengalami kelaparan luar biasa akibat pemboikotan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Kabah tempo dulu.
Foto: Istimewa
Ilustrasi Kabah tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berbagai upaya mencegah dakwah Rasulullah gagal, kaum kafir Quraisy menempuh jalan lain, yakni pemboikotan.

Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Mereka bersepakat untuk memboikat Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Caranya dengan melarang mengadakan pernikahan, jual beli, bergaul, berkunjung dan berbicara kepada mereka, kecuali jika mereka menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh.

Baca Juga

Kesepakatan tersebut mereka tulis dalam lembaran yang digantung di Ka'bah. Akibat pemboikotan itu, Bani Hasyim dan Bani Muththalib menjadi terisolir, baik yang beriman maupun yang kafir kecuali Abu Lahab. Mereka terkurung di perkampungan Abu Thalib sejak awal Muharram tahun ke tujuh kenabian. 

Pemboikotan semakin lama semakin keras, makanan yang masuk atau dijual di Makkah selalu lebih dahulu diborong oleh kaum musyrikin. Mereka mengalami kelaparan luar biasa hingga mereka hanya makan dedaunan dan kulit binatang.

Setelah tiga tahun pemboikotan, pada bulan Muharram tahun 10 kenabian terjadilah pembatalan pemboikotan. Hal tersebut bermula dari pertentangan di kalangan Quraisy sendiri, antara mereka yang ingin meneruskan pemboikotan dengan mereka yang menentang pemboikotan.

Alasan mereka yang menentang bahwa yang menderita atas pemboikotan tersebut adalah sanak saudara mereka sendiri. Jumlah mereka yang menentang semakin lama semakin banyak dan kemudian menjadi suara mayoritas.

Rayap-rayap memakan lembaran perjanjian boikot...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement