Ada banyak contoh yang menunjukkan bagaimana Nabi menemukan keunggulan para sahabatnya, serta bagaimana beliau memanfaatkan potensi mereka dan dengan bijak berinvestasi di dalamnya.
Salah satu sahabat yang terkenal, Bilal bin Rabah, mempunyai suara yang sangat indah. Menyadari karunia ini, Nabi Muhammad SAW pun menyatakan Bilal sebagai mu’adzin resminya.
Di sisi lain, Rasulullah SAW menolak menawarkan sahabat terhormat lainnya, Abu Dzar al-Ghifari, tanggung jawab administratif karena ia tidak memiliki keterampilan yang diperlukan.
Atas dasar penghargaan dan motivasi, Nabi Muhammad SAW kerap menganugerahkan beberapa gelar kepada para sahabatnya. Misalnya, dia berkata kepada Abu `Ubayhdah ibn al-Jarrah, “Kamu adalah pelindung bangsa ini.”
Kepada Khalid ibn al-Walid, Nabi Muhammad SAW berkata, “Kamu adalah salah satu pedang Allah.” Pada kesempatan ketiga, dia berkata kepada Mu`adh ibn Jabal, “Demi Tuhan, aku mencintaimu wahai Mu`adh.” (Abu Dawud)
Kisah lain diceritakan perihal keluarga Yasir yang mengalami penganiayaan dan penyiksaan setelah memeluk Islam.
Sebagai pengakuan atas pengorbanan mereka, Nabi SAW menghibur mereka dan berjanji bahwa tempat tinggal terakhir mereka adalah di surga.
Nabi SAW tetap setia dan berterima kasih kepada orang-orang yang membantunya di awal misinya. Rasulullah dilaporkan pernah berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih memberi nikmat kepadaku dengan jiwa dan harta benda, selain Abu Bakar." (Al-Bukhari)
2. Mendengarkan pendapat sahabatnya
Sejalan dengan perintah Ilahi dalam QS Al Imran ayat 159, "… dan berkonsultasilah dengan mereka dalam hal..", Nabi Muhammad SAW juga biasa berkonsultasi dengan para sahabatnya sebelum mengambil keputusan apa pun.
Perundingan Nabi dengan para sahabatnya begitu lazim sehingga Abu Hurairah diriwayatkan pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih sering berkonsultasi dengan sahabatnya selain Rasulullah.” (HR Ahmad)
"Konsultasi tersebut berkaitan dengan hal-hal yang tidak ada petunjuk ilahi dalam Alquran atau Sunnah. Nabi SAW tidak pergi ke perang Badar dan perang Uhud misalnya, tanpa berkonsultasi dengan para sahabatnya," kata Dr Haredy.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW berkonsultasi dengan para sahabatnya mengenai masalah pribadi. Salah satu contohnyanya ketika berita fitnah terhadap istrinya, Aisyah, tersebar di Madinah.
“Wahai sekalian manusia, berikan pendapat kalian mengenai orang-orang yang membuat cerita palsu terhadap istriku…” (HR. Al-Bukhari)
Baca juga: 8 Fakta tentang Istana Supermegah Firaun yang Diabadikan Alquran
3. Bersikap lembut terhadap lahabatnya
Kelemahlembutan adalah kualitas utama Nabi Muhammad SAW. Ketika ingin mengajar teman-temannya, beliau menggunakan metode yang sangat bijaksana yang mengharuskan menghormati penerima ilmu tersebut, tanpa mempermalukannya.
Hal ini tercermin dalam kisah seorang Badui yang buang air kecil di masjid. Melihat hal tersebut, banyak orang yang berlarian hendak memukulinya. Nabi SAW berkata, “Jangan hentikan buang air kecilnya (biarkan dia selesai). Kemudian Nabi SAW meminta segelas air dan menuangkan air tersebut ke tempat buang air kecil.” (Al-Bukhari)
Dalam versi lain, Nabi Muhammad SAW disebut memanggil pria tersebut dan menjelaskan kepadanya bahwa masjid bukanlah tempat untuk buang air kecil, tetapi untuk salat dan beribadah kepada Tuhan
4. Memperbaiki...