4. Nabi Muhammad sang Diplomat
Pada masa pra-Islam, diplomasi di Jazirah Arab tidak memiliki pertimbangan etis.
Nabi Muhammad mampu mempengaruhi pertumbuhan dan bentuknya dengan menambahkan perhatian etika dan moral. Dia memasukkan dalam perjanjian perdamaian diplomasinya, isu-isu yang berkaitan dengan tawanan perang, kerja sama internasional dan solidaritas antar negara.
Nabi Muhammad mengembangkan jaringan intelijen canggih yang melaluinya ia mampu mengikuti perkembangan terkini di wilayah tersebut. Hal ini memungkinkannya menjalin kontak dengan negara lain dan mengirim utusan serta komunikasi diplomatik.
Nabi Muhammad mengirim surat kepada Kaisar Heraclius dari Kekaisaran Romawi, Kaisar Khasru dari Kekaisaran Persia, penguasa Mesir Mukau Keus, Kaisar Ethiopia Najjashi dan lainnya mengajak mereka untuk memeluk Islam dan memerintah negara masing-masing dengan adil.
Jika memungkinkan, dia menegosiasikan perjanjian dan resolusi yang bermanfaat bagi negara Muslim yang masih baru.