REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran Islam di Nusantara semakin masif pada abad ke-13 dan abad ke-14. Lebih-lebih dakwah Islam yang dilakukan Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dan dilanjutkan oleh Sunan Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel mampu masuk ke tataran elite pejabat kerajaan-kerajaan di pulau Jawa tak terkecuali Majapahit.
Pada masa yang sama, pengaruh Majapahit sebagai kerajaan Hindu terbesar di bawah pemerintahan Brawijaya V justru perlahan-lahan mulai meredup. Ini tak lepas dari konflik internal keluarga kerajaan dan perebutan kekuasaan.
Prabu Brawijaya V atau Prabu Kertawijaya mempunyai seorang anak bernama Raden Patah dari pernikahannya dengan putri bangsawan Cina bernama Siu Ban Ci. Dalam buku Sejarah Lengkap Islam Jawa yang diterbitkan Laksana pada 2022 karya Husnul Hakim menukil keterangan sejarawan Nahdlatul Ulama KH. Agus Sunyoto yang menjelaskan bahwa Siu Ban Ci adalah putri dari pasangan Tan Go Hwat dan Siu Te Yok. Mereka adalah pasangan Muslim Tionghoa yang telah lama tinggal di Gresik. Tan Go Hwat selain dikenal sebagai seorang saudagar, ia juga adalah ulama penyebar Islam. Karenanya Tan Go Hwat dijuluki masyarakat Jawa dengan sebutan Syekh Bantong. Dari ayahnya itulah, Siu Ban Ci mempelajari Islam yang kemudian ia juga mengajarkannya pada Raden Patah.
Saat Siu Ban Ci sedang hamil Raden Patah, Prabu Kertawijaya malah mempersunting permaisuri dari Champa. Hubungan Siu Ban Ci dan permaisuri Champa itu tidak akur. Singkat cerita, Prabu Kertawijaya memilih menceraikan Siu Ban Ci yang dalam keadaan hamil. Lalu, Prabu Kertawijaya, menyerahkan Siu Ban Ci kepada putra sulungnya ke Arya Damar yang menjadi raja di Palembang.
"Ketika itu, Siu Ban Ci dalam keadaan hamil. Sesampainya di Palembang, pada tahun 1455 M. Siu Ban Ci melahirkan seorang putra yang dinamai Fatah (Raden Patah). Siu Ban Ci lalu dinikahi oleh Arya Damar, dan dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra yang dinamai Husein (Raden Kusen)," (Sejarah Lengkap Islam Jawa halaman 123-124)
Sejak kecil, Raden Patah telah mempelajari Islam dari ibunya. Bahkan, ia juga mendapat berbagai informasi tentang ajaran Islam dari ayah tirinya, yakni Arya Damar yang memimpin kerajaan Palembang. Meski demikian Raden Patah sering menolak pandangan Arya Damar yang masih mencampurkan nilai-nilai ajaran Hindu-Budha. Dari situlah, Raden Patah memilih untuk uzlah dan memperdalam ajaran Islam hingga ke pulau Jawa. Selain itu untuk menemui ayah kandungnya yakni Brawijaya V atau Prabu Kertawijaya.
Lihat halaman berikutnya >>>