REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hidup manusia, merelakan bukanlah hal yang mudah. Merelakan berarti menyadari bahwa apa yang diinginkan dan diharapkan tak akan selalu terwujud dan melepasnya untuk hal yang baru.
Ketika kita memegang atau menahan-nahan sesuatu, entah itu harta, benda, fisik atau emosi, membutuhkan energi. Bahkan terkadang, dibutuhkan energi dalam jumlah besar untuk melakukannya.
Jadi, ketika kita melepaskan, kita punya waktu dan energi untuk maju dalam hidup. Secara teori melepaskan tampaknya mudah, tetapi dalam kenyataannya jauh berbeda.
Dilansir di About Islam, Senin (18/9/2023), Aisha Stecey menyebut melepaskan memang sulit dan terkadang menyakitkan. Namun, kedamaian di ujung jalan itu sepadan dengan usaha yang dilakukan.
"Melepaskan hubungan atau orang yang beracun (toxic) membuat kita rentan dan sendirian. Sendirian adalah satu kata yang banyak dari kita kaitkan dengan ketakutan dan pengabaian," ujar dia.
Di sisi lain, melepaskan pekerjaan yang menyesakkan atau membosankan dan tidak menarik adalah langkah besar menuju dunia yang tidak dikenal. Kata-kata seperti tagihan dan hipotek tampaknya seperti tembok bata yang tidak dapat diatasi.
Bukan hanya itu, melepaskan kebiasaan buruk ibarat melepaskan selimut nyaman yang kita pegang erat-erat semasa kecil. Kebiasaan buruk sulit dihilangkan meski kita menyadari sifatnya yang merusak.
Lihat halaman berikutnya >>>