Rabu 06 Sep 2023 04:13 WIB

Perjalanan Hidup Al Biruni, Polimatik Paling Orisinal di Dunia Islam

Al Biruni menggabungkan trigonometri dan aljabar untuk menghitung jari-jari bumi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Ilmuwan Muslim
Foto:

Ia menghabiskan 25 tahun pertama hidupnya di Khwarezm, di mana ia mempelajari yurisprudensi Islam, teologi, tata bahasa, matematika, astronomi, kedokteran dan filsafat. Ia tidak hanya mencoba-coba belajar di bidang fisika, tetapi juga di sebagian besar ilmu lainnya.

Di usianya yang masih muda, ia lantas meninggalkan kampung halamannya menuju Bukhara, yang saat itu berada di bawah penguasa Samanid Mansur II putra Nuh. Selanjutnya, ia berkeliaran di Iran dan Uzbekistan.

Setelah Mahmud dari Ghazni atau Mahmud Ghaznavi menaklukkan emirat Bukhara, dia pindah ke Ghazni, sebuah kota di Afghanistan saat ini, yang menjadi ibu kota dinasti Ghaznawi. Al-Biruni paling dikenal karena kedekatannya dengan Mahmud Ghaznavi, serta putranya Sultan Masood.

Pada tahun 1017, sebagian besar ulama dari berbagai wilayah Iran, termasuk Al-Biruni, dibawa ke Ghazni. Di sana, ia diangkat menjadi peramal istana dan menemani Mahmud dalam invasi ke India, tinggal di sana selama beberapa tahun.

Saat berumur 44 tahun, ia melakukan perjalanan bersama Mahmud dari Ghazni dan berkenalan dengan segala hal yang berkaitan dengan India. Selama kurun waktu itu, ia menulis studinya tentang India dan menyelesaikannya sekitar tahun 1030.

Bersamaan dengan tulisannya, Al-Biruni juga memastikan untuk memperluas studinya ke bidang sains saat melakukan ekspedisi. Dia berusaha menemukan metode untuk mengukur ketinggian matahari dan menciptakan kuadran darurat untuk tujuan tersebut.

Ia bahkan mampu membuat banyak kemajuan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement