Senin 04 Sep 2023 14:49 WIB

7 Cara Mengatasi Depresi dalam Islam

Menangis dalam keputusasaan kepada Allah SWT adalah hal yang wajar.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Muslimah (ilustrasi)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesedihan adalah bagian dari kehidupan manusia dan siapapun bisa mengalami kecemasan dan depresi. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut dan membebani diri sendiri, tentu akan berdampak pada tingkat keimanan seseorang.

Kendati demikian, selalu ada jalan untuk mengatasinya. Dengan mengilustrasikan kisah-kisah masa lalu, Alquran memberikan panduan komprehensif tentang cara menemukan solusinya, baik secara internal maupun eksternal.

Baca Juga

Berikut 7 Cara Mengatasi Depresi dalam Islam

1. Orang Beriman Juga Menangis

Sebagai manusia yang sempurna akalnya, akhlaknya, takwanya, dan imannya, Nabi Muhammad SAW juga tercatat pernah menangis. Entah itu untuk keluarga atau sahabat ketika terjebak dalam situasi buruk, dan bahkan ketika beribadah kepada Allah.

Menangis dalam keputusasaan kepada Allah SWT adalah hal yang wajar. Menangis bukanlah tanda lemahnya iman, tapi bukti keyakinan kita bahwa kita selalu membutuhkan pertolongan dan bimbingan-Nya.

Bayangkan keputusasaan Nabi Yunus saat ditelan ikan paus. Bayangkan juga tetesan air mata ibu Nabi Musa saat menyaksikan bayinya hanyut dalam keranjang menuju Istana Firaun. Ingatlah air mata depresi yang ditumpahkan Nabi Zakariya saat meminta anak kepada Allah untuk yang terakhir kalinya.

Intinya, yang menandai kekuatan keimanan terletak pada air mata yang mereka tumpahkan, saat memohon pertolongan kepada Allah. Jadi, ketika sobat Republika berada dalam keadaan terpuruk dan depresi, mengangislah kepada Allah SWT.

2. Jangan Terjebak pada Kesalahan Masa Lalu

Jika Anda membuat pilihan yang buruk dan berbuat kesalahan dalam keluarga, jangan biarkan hal ini membatasi diri Anda. Jangan terjebak pada kesalahan masa lalu. Kembalilah kepada Allah dengan kemauan untuk terus maju.

Hal ini tidak berarti bahwa kita harus meremehkan dosa-dosa yang kita lakukan, namun mengakui dosa-dosa tersebut agar dapat membuka jalan untuk terus maju. Begitu pula dengan Adam, ia langsung mengakui kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah, dan Allah memberkatinya dengan karunia doa agar selalu tetap terhubung dengan-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement