Namun yang paling terpengaruh oleh waktu pada patung tersebut adalah hidung dan janggutnya. Hal ini seolah menghidupkan kembali wajah maskulin dari zaman dahulu. Di depan patung terdapat cakar yang sangat besar.
Patung Sphinx ditinggalkan setelah runtuhnya Kerajaan Lama, hingga menjadi reruntuhan, sementara pasir menumpuk di atasnya selama beberapa abad. Lalu ditemukan kembali pada periode Kerajaan Baru, antara 1539-1075 SM.
Selama bertahun-tahun di zaman modern, Patung Sphinx terbengkalai dan diserbu pasir sehingga hanya memperlihatkan kepalanya. Meskipun demikian, ia tidak kehilangan statusnya. Selama abad ke-12 dan ke-13, penduduk setempat tercatat memberikan persembahan kepada Sphinx untuk membanjiri Sungai Nil dan meningkatkan hasil panen.
Adapun pada abad kesebelas, ahli geografi Afrika Utara Al-Idrisi melaporkan bahwa mereka yang ingin mendapatkan posisi di Kekhalifahan Fatimiyah, yang berbasis di Mesir, mengajukan diri ke Sphinx.
Pada 1556, monumen ini membangkitkan daya tarik besar pengunjung Eropa yang datang ke Mesir, termasuk penjelajah Perancis Andre Tefft, yang menggambarkannya dalam bukunya "Cosmography of the Levant" sebagai kepala patung raksasa.
Mengapa Dua Kalimat Sederhana Ini Berat di Timbangan Kelak? Begini Penjelasan Ulama
Selama 1890-an, dan terutama ketika melawan pasukan Inggris pimpinan Napoleon di Mesir, orang Prancis menjadi terpesona dengan sejarah Mesir kuno. Setelah para pengikut Napoleon kembali ke Prancis, mereka mulai membuat sejarah Mesir kuno yang komprehensif dan multi-volume, dengan gambaran rinci tentang segala hal yang mereka temui.
Lalu sebuah cerita fiksi muncul dari zaman Napoleon di Mesir mengenai hidung Sphinx, atau ketiadaan hidungnya. Mereka mengklaim bahwa pasukan Prancis menembak hidung tersebut, yang menyebabkan Sphinx rusak. Meskipun cerita ini kuat, hal tersebut tidak benar.
Sebuah sumber Islam menjelaskan, hidung Sphinx telah dihilangkan pada akhir abad ke-14. Sejarawan Mesir abad pertengahan "Al-Maqrizi" menulis bahwa seorang sufi Muslim bernama "Muhammad Shoim Al Zuhr" tidak senang dengan pemujaan yang dilakukan penduduk setempat terhadap patung Sphinx sehingga dia memahat hidung patung Sphinx. Namun, berbeda dengan janggut Sphinx, hingga saat ini tidak ada pecahan hidung patung yang ditemukan.
Sumber: arabicpost