REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam buku Nashaihul Ibad karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani, dijelaskan bahwa ada empat perkara buruk tapi empat perkara lainnya menjadi yang terburuk. Syekh Nawawi Al Bantani juga menjelaskan empat perkara baik dan yang terbaik.
Sehubungan dengan itu, umat Islam diharapkan bisa mengambil pelajaran dari empat perkara atau perbuatan buruk dan perkara atau perbuatan baik yang dijelaskan Syekh Nawawi Al Bantani.
Para hukama, yakni para ahli hikmah atau makrifat, menyampaikan, empat perkara berikut ini adalah buruk, tapi ada empat perkara lainnya yang lebih buruk lagi.
"Yaitu (pertama) dosa yang dilakukan oleh seorang pemuda itu buruk, tapi lebih buruk lagi jika dilakukan oleh orang yang sudah tua. (Kedua) kesibukan duniawi pada diri orang yang dungu itu buruk, tapi kesibukan yang dilakukan oleh orang alim itu justru lebih buruk lagi. (Ketiga) malas beribadah pada setiap orang itu buruk, tapi lebih buruk lagi jika terjadi pada seorang ulama atau para penuntut ilmu. (Keempat) takabur yang dilakukan oleh orang kaya itu buruk, tapi lebih buruk lagi jika orang fakir yang bersikap sombong" (Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi Al Bantani).
Keburukan itu merupakan suatu tingkat kualitas, jika dikerjakan akan terhina di dunia dan mendapat balasan siksa di akhirat nanti. Kesibukan dunia yang dilakukan oleh orang yang alim itu lebih buruk lagi sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits sebagai berikut.
"Barang siapa bertambah ilmunya tapi tidak bertambah kezuhudannya maka akan bertambah jauh dari Allah" (Syekh Nawawi Al Bantani).
Para ahli hikmah atau makrifat juga menyampaikan bahwa ada empat perkara yang baik, tapi empat perkara lainnya lebih baik lagi.
"Yakni (pertama) rasa malu bagi laki-laki itu baik, tapi bagi perempuan justru lebih baik lagi. (Kedua) sikap adil dari setiap orang itu baik, tapi dari seorang pemimpin itu lebih baik lagi. (Ketiga) tobat yang dilakukan oleh orang yang sudah tua itu baik, tapi lebih baik lagi jika dilakukan oleh orang yang masih muda. (Keempat) kedermawanan bagi orang yang kaya itu baik, tapi lebih baik lagi jika itu keluar dari orang yang fakir" (Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi Al Bantani).
Baik di sini merupakan suatu tingkat kualitas, jika dikerjakan perkara baik ini maka akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan mendapatkan imbalan pahala di akhirat nanti.
Pertama, malu yaitu suatu sikap merendah karena khawatir tercela. Kedua, adil adalah sikap yang dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, tidak berat sebelah, dan tidak lebih juga tidak kurang.
Ketiga, tobat itu adalah kembali kepada Allah dengan meninggalkan semua perbuatan dosa dan beralih menunaikan segala yang menjadi hak Allah. Keempat, kedermawanan itu adalah memberikan sesuatu yang layak tanpa mengharap imbalan.
Sumber:
Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.