Sabtu 26 Aug 2023 17:30 WIB

Kisah Laksamana Cheng Ho Saat Menjelajahi Dunia Hingga ke Jawa (2-Habis)

Laksamana Cheng Ho adalah seorang penjelajah muslim terkenal.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Wisatawan melihat peninggalan sejarah lonceng cakra donya,  di halaman museum Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (30/11/2020). Lonceng cakra donya merupakan hadiah persahabatan dari penguasa daratan Tiongkok Kaisar Yonglee yang mengutus Laksamana Cheng Ho untuk diberikan kepada Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1414 Masehi yang kemudian dibawa ke Kutaradja atau Banda Aceh setelah Samudera Pasai ditaklukkan Aceh Darussalam.
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Wisatawan melihat peninggalan sejarah lonceng cakra donya, di halaman museum Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (30/11/2020). Lonceng cakra donya merupakan hadiah persahabatan dari penguasa daratan Tiongkok Kaisar Yonglee yang mengutus Laksamana Cheng Ho untuk diberikan kepada Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1414 Masehi yang kemudian dibawa ke Kutaradja atau Banda Aceh setelah Samudera Pasai ditaklukkan Aceh Darussalam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Sebagai penjelajah muslim terkenal, Laksamana Zheng He atau Cheng Ho telah mengunjungi lebih dari 30 negara Asia dan Afrika dan belajar banyak tentang budaya dan kepercayaan mereka. Ada kemungkinan bahwa dalam salah satu ekspedisinya dia menyelesaikan ibadah haji ke Makkah.

Laksamana Cheng Ho bukan satu-satunya Muslim dalam ekspedisi tersebut. Penasihat dan penerjemah yang bepergian bersamanya, seperti Ma Huan, sama seperti dia, Muslim Tionghoa.

Baca Juga

Armada pertama yang dikomandani Cheng Ho terdiri dari 27.870 orang di 317 kapal, termasuk pelaut, juru tulis, penerjemah, tentara, pengrajin, dokter, dan ahli meteorologi. Dia sedang dalam perjalanan ke Vietnam, Sri Lanka, Filipina, Jawa dan Sumatra.

“Kapal-kapal yang dikomandani Zengh He memiliki panjang hingga 137,2 meter dan lebar 186, mampu mengangkut lebih dari seribu penumpang serta sejumlah besar kargo dengan produk-produk seperti porselen, emas dan perak, kapas, tembaga dan barang-barang sutra,” tulis aboutislam.

Kapal-kapal tersebut berkali-kali lipat lebih besar dari kapal Columbus yang melintasi Atlantik dan beberapa kali lebih besar dari kapal kayu mana pun yang pernah tercatat dalam sejarah.

Pelayaran paling spektakuler dan penting yang dilakukan Cheng Ho adalah pelayaran keempatnya bersama 30 ribu prajuritnya, yaitu ke Arab (melalui Hormuz, Aden, dan Laut Merah). Ketika ia tiba di Arab, 19 negara mengirimkan duta besarnya untuk menaiki kapal Cheng Ho dengan membawa hadiah untuk Kaisar Zhu Di.

Setelah perjalanannya ke Arab, ia melakukan perjalanan ke pantai timur Afrika dan mungkin mencapai Mozambik.

Setelah kematian Kaisar Zhu Di pada 1424 M, Kaisar baru (Hongxi), segera menghentikan semua ekspedisi maritim. Tiongkok pun menjadi negara yang terisolasi dalam 100 tahun mendatang.

Meninggal Dunia

Zheng He lalu diangkat sebagai komandan pelabuhan di Nanking dan menerima perintah untuk membubarkan pasukannya. Zheng He memilih dengan dukungan Xuande, yang menggantikan Hongxi, untuk menghidupkan kembali ekspedisinya.

Pada perjalanannya yang ketujuh dan terakhir pada 1433 (saat ia berusia 60 tahun), Cheng Ho mengunjungi kembali Teluk Persia, Laut Merah dan Afrika dan meninggal di India dalam perjalanan pulang.

Terbukti juga bahwa Cheng Ho menemukan Amerika dan Australia dalam salah satu perjalanannya sebelum Columbus melakukannya. Dan dia juga mencapai pantai timur Afrika dan berlayar dari Tanjung Harapan ke Kepulauan Tanjung Verde sebelum Marco Polo melakukannya.

Setiap kali Cheng Ho sampai di suatu negara, dia berlayar kembali ke Tiongkok dengan membawa produk-produk eksotik seperti gading, unta, emas, dan barang-barang lainnya.

Semua ekspedisi tersebut mengirimkan satu pesan kepada dunia: Tiongkok adalah negara adidaya ekonomi dan politik. Namun Zheng He menambahkan hal penting lainnya dalam perjalanannya: menyemangati orang-orang agar masuk Islam. Bersama para penasihatnya yang beragama Islam, Cheng Ho mengajak masyarakat setempat untuk memeluk Islam kemanapun mereka bepergian.

Menyebarkan Islam di Bumi Nusantara

Di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lainnya di Indonesia, komunitas Muslim kecil sudah terbentuk sebelum mereka bertemu Cheng Ho.

Penyebaran dakwah Islam di Asia Tenggara dimulai 100 tahun sebelumnya berkat para pedagang Arab dan India. Zheng He pun secara aktif mendukung pertumbuhan Islam yang berkelanjutan di bumi Nusantara.

Untuk memfasilitasi penyebaran Islam dengan cepat di Asia Tenggara, Cheng Ho mendirikan komunitas Muslim Tionghoa di Palembang, Jawa, Semenanjung Malaya, dan Filipina. Tugas mereka adalah menyebarkan agama Islam di sekitar wilayah tersebut untuk membangun masjid dan menyediakan layanan sosial lainnya yang dibutuhkan komunitas Muslim setempat.

Setelah laksamana yang agung ini wafat, umat Islam Tionghoa di Asia Tenggara melanjutkan kiprah Cheng Ho dengan cara berbeda. Hal ini membawa lebih banyak orang masuk Islam di Asia Tenggara dan memperkuat pertumbuhan komunitas Muslim di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan seluruh wilayah Asia Tenggara.

Dengan menyelamati perjalanan hidupnya, kita dapat melihat bahwa Zheng He adalah penjelajah maritim terhebat Tiongkok. Tidak hanya menjadi kebanggaan sejarah Tiongkok, tetapi juga pahlawan yang sangat unik dalam sejarah peradaban Islam.

Sumber:

Muslim.com/Aboutislam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement