Jumat 25 Aug 2023 16:20 WIB

Petuah Hasan Al Bashri tentang Iman yang Sejati

Iman bukan hanya soal pengakuan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Petuah Hasan al Bashri tentang Iman yang Sejati. Foto:   Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: Mgrol120
Petuah Hasan al Bashri tentang Iman yang Sejati. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Iman bukan hanya soal pengakuan, melainkan juga meliputi akidah yang mengisi jiwa dan menguasai hati. Lalu mengalir ke seluruh anggota tubuh, hingga menghasilkan buah berupa amal perbuatan.

Ulama dari generasi tabi'in, Hasan Al Bashri menyampaikan petuahnya tentang iman. Dikutip dari Pintu Syafaat karya Syaikh Abu Al Wafa Muhammad Darwisy, Hasan Al Bashri berkata:

Baca Juga

"Iman bukanlah dengan angan-angan, melainkan sesuatu yang kukuh di dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan."

Dengan demikian, jika orang beriman disebut nama Allah, bergetarlah hatinya karena merasa takut kepada Rabb-nya. Dia sadar belum beribadah dengan sebenar-benarnya. Juga sadar belum bersyukur kepada-Nya dengan sebenar-benarnya syukur, sehingga terus meningkatkan ibadah dan rasa syukurnya.

Keimanan yang sejati, akan membuat seorang Muslim bertambah imannya ketika dia membaca ayat-ayat Allah atau diperdengarkan kepadanya ayat-ayat Allah. Dia akan memetik kandungan ayat itu, lalu mengamalkannya.

Iman yang sejati adalah ketika berserah diri atau bertawakal kepada Allah. Dia tidak menunggu suatu kebaikan, kecuali dari Allah SWT. Juga selalu mendirikan sholat dengan penuh khusyu dari lubuk hati yang penuh penghayatan akan keagungan Allah SWT.

Seorang Muslim tidak boleh lalai dalam menjalankan ibadah sholat. Alquran pun telah mengingatkan tentang sholat yang tidak boleh dilalaikan. Allah SWT berfirman, "Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya" (QS Al Ma'un ayat 4-5).

Merujuk pada riwayat Ibnu Abbas RA, dikatakan bahwa orang yang lalai melaksanakan sholat adalah orang munafik yang meninggalkan sholat secara diam-diam. Mereka sholat secara terbuka, tetapi kalau pun melaksanakan sholat, mereka berdiri dengan malas.

Beda halnya dengan seorang mukmin yang sejati, yang dengann sholatnya itulah, dia senang bersyukur atas segala anugerah dan nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Sehingga ia pun terus memuji atas segala pemberian-Nya. Sholat inilah yang juga akan menghasilkan buahnya.

Misalnya berhenti dari berbagai kekejian dan kemungkaran. Tidak mengeluh dan tidak pula bimbang. Menjalankan hak Allah di dalam hartanya dengan hati lapang dan pandangan mata yang menyejukkan. Juga berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa.

Hatinya tidak pernah mencampur-adukkan antara keraguan. Hawa nafsunya sudah tidak mampu lagi memengaruhi segala apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

"Begitulah kaum Muslimin terdahulu. Aku tidak hendak berpanjang-lebar menyebutkan nash-nash yang menegaskan semua itu, maka cukuplah bagi Anda apa-apa yang aku sajikan di sini. Inilah dia iman. Dan inilah sebagian dari berbagai cabang iman yang dengan semua itu seorang hamba bisa mendekatkan diri kepada Rabb-nya demi mendapatkan kebaikan dari-Nya," demikian penjelasan Syaikh Darwisy.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement