REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Orang-orang yang menuntut ilmu dijamin memperoleh keberuntungan asalkan niat dalam menuntut ilmu benar-benar bersih karena Allah ta'ala.
Tidak ada ruginya bagi orang yang menuntut ilmu di jalan Allah. Bila seseorang yang menuntut ilmu itu dikaruniai kesehatan dan umur yang panjang maka sudah tentu ilmunya akan membimbingnya dalam menjalani kehidupan. Sehingga karena ilmu yang telah diperolehnya ia akan selamat, memperoleh kemuliaan, kehormatan, derajat yang tinggi, kesenangan dan kebahagiaan hidup dan terhindar dari perbuatan yang dapat menghancurkan diri dan kehormatannya.
Tapi bagaimana bila seseorang itu meninggal ketika masih dalam tahap mencari ilmu? Maka orang yang meninggal ketika tengah mencari ilmu akan memperoleh ganjaran yang sangat besar dari Allah.
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ جَاءَهُ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمِ لَقِىَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ.
Barang siapa yang kedatangan ajal dan dia sedang menuntut ilmu, maka ia akan bertemu Allah (dengan derajat tinggi) di mana tidak ada lagi jarak antara dia dan para nabi melainkan satu derajat kenabian. (Lihat kitab at Targib wat Tarhib)
Maksudnya orang yang meninggal ketika sedang menuntut ilmu maka ia memperoleh derajat yang sangat tinggi dihadapan Allah. Ia hanya selisih satu derajat di bawah para nabi. Ini menandakan sangat mulia dan beruntungnya orang yang menuntut ilmu. Sekalipun takdir menentukannya meninggal, maka karena usaha menuntut ilmu dapat mengantarkannya pada derajat yang tinggi.