Senin 21 Aug 2023 04:15 WIB

Apakah Syahadat Era Nabi Musa Sama dengan Masa Nabi Muhammad SAW

Nabi Musa juga tekankan tauhid pada syahadatnya

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi bersyadahat. Nabi Musa juga tekankan tauhid pada syahadatnya
Foto: Republika
Ilustrasi bersyadahat. Nabi Musa juga tekankan tauhid pada syahadatnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syahadat dalam Islam adalah ungkapan kepercayaan fundamental yang diucapkan oleh seorang Muslim untuk mengakui keesaan Allah SWT dan nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.

Syahadat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dipercayai dan diucapkan oleh setiap Muslim sebagai tanda pengakuan iman mereka. Redaksi syahadat umat Nabi Muhammad SAW yang sekarang adalah: 

Baca Juga

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhadu An Laa Ilaha Illallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah (Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi Muhammad adalah utusan Allah) Jadi, syahadat diucapkan dalam bahasa Arab, dan terdiri dari dua kalimat, yaitu:

La ilaha illallah: Artinya "Tidak ada Tuhan selain Allah." Ini adalah pengakuan akan keesaan Allah dan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Dia.

Muhammadur Rasulullah: Artinya "Muhammad adalah utusan Allah." Ini adalah pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang membawa ajaran dan petunjuk kepada umat manusia.

Dengan mengucapkan syahadat, seorang Muslim secara resmi menjadi bagian dari umat Islam dan berkomitmen untuk mengikuti ajaran Islam. Syahadat juga merupakan cara untuk menyatakan iman dan ketaatan kepada Allah dalam rangka membangun hubungan rohaniah yang mendalam.

Namun, sebelum datangnya Islam, umat zaman dulu juga memiliki cara sendiri dalam bersyahadat, termasuk pada zaman Nabi Musa. Hal ini sebagaimana disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Sitobondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.

Dalam salah satu ceramahnya, Kiai Azaim menjelaskan tentang peristiwa masuk Islamnya para penyihir Firaun di zaman Nabi Musa. Dia pun mengungkapkan redaksi syahadat yang digunakan pada saat itu.

“Saya beriman kepada Tuhan semesta alam Rabbi Musa wa Harun, Tuhan Nabi Musa dan Nabi Harun. Menurut sebagian ulama, ini adalah redaksi syahadat di zaman Nabi Musa,” ujar Kiai Azaim dikutip dari salah satu ceramahnya di kanal Youtube Pesantren Salafiyah Syafiiyah, S3TV, Ahad (20/8/2023).

Syahadat pada zaman Nabi Musa itu tertuang dalam surat Surat Al-A’raf ayat 121-122, yaitu:

ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ

Artinya: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun”

“Kalau zaman kita Asyhadu An Laa Ilaha Illallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, maka sudah masuk Islam. Tapi zaman Nabi Musa menyatakan cukup, amanna birabbil alamin, rabbi Musa wa Harun,” jelas Kiai Azaim.

Baca juga: Sosok Perempuan Hebat di Balik Tumbangnya Tiran dan Singgasana Firaun

Kiai Azaim menambahkan, setelah para penyihir di zaman Nabi Musa membaca syahadat itu, maka mereka pun masuk Islam dan beriman kepada Allah.

“Ketika mereka mengatakan, amanna birabbil alamin rabbi Musa wa Harun, karena pengetahuan mereka bahwa apa yang mereka saksikan itu berupa tongkat tidaklah berubah menjadi ular oleh sebab sihir, tapi benar-benar mukjizat, mereka tahu dengan ilmu itu, maka masuk Islam,” kata Kiai Azaim.

Di samping redaksi syahadat yang disampaikan Kiai Azaim itu, ada juga sumber yang menyatakan bahwa pada zaman Nabi Musa juga ada yang menggunakan redaksi syahadat sebagai berikut:

أشهد ان لا اله الا الله وأشهد ان موسى كلام الله Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Musa kalamullah.

"Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Musa adalah kalamulllah." 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement