Sikap Melawan Kolonial Belanda
Terbentuknya Persatuan Arab Indonesia tidak hanya menggemparkan seluruh lapisan masyarakat Arab saja, tetapi juga pemerintah kolonial Belanda dan kaum nasionalis.
Dengan lahirnya Persatuan Arab Indonesia, secara berangsur-angsur kaum Arab peranakan mulai bersatu. Mereka dipersatukan oleh keyakinan baru sebagai putra-putra Indonesia. Mereka juga ditarik dari isolasi berpikir maupun dari ruang bergerak di lingkungannya.
Kemudian mereka mulai memasuki gelanggang perjuangan nasional dan bergabung dengan saudara-saudaranya yang sebangsa untuk memerdekakan Tanah Air dan bangsanya.
Dalam waktu singkat, Persatuan Arab Indonesia menjadi sangat populer. Masyarakat Indonesia umumnya menyambut dengan gembira. Sebagian agak ragu-ragu dan bersifat menanti. Partai-partai politik nasional melahirkan suara-suara yang simpatik.
Pemerintah kolonial Belanda segera menyoroti gerak-gerik Persatuan Arab Indonesia. Tampak adanya kegelisahan dan kekhawatiran terhadap gerakan baru dalam kalangan Arab ini, karena nyata-nyata akan menarik kaurn Arab peranakan ke dalam pihak anti penjajahan.
Pada masa itu Pemerintah Belanda telah dan terus melakukan penangkapan-penangkapan terhadap pemimpin-pemimpin utama partai-partai politik nasional yang berhaluan radikal dan membubarkan partainya serta mengasingkan mereka. Politik Inlich tengen Dienst (PID) giat memasang telinga dan mata, bahkan sering datang ke kantor sekretaris PB Persatuan Arab Indonesia dan rumah-rumah beberapa pemuka maupun anggota Persatuan Arab Indonesia untuk mempertanyakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Akibat segala macam reaksi pihak anti tadi, sebagian dari mereka yang turut dalam konferensi Persatuan Arab Indonesia di Semarang menjadi khawatir dan tidak sanggup mengadakan pertemuan serta propaganda tanpa dihadiri AR Baswedan. Di antara mereka ada yang tinggal diam dalam situasi gawat yang demikian itu. Namun, sebaliknya ada juga pemuda-pemuda Arab justru bangkit dan bersemangat berpropaganda.
Mereka memproklamasikan keyakinan dan sikapnya untuk melawan penguasa kolonial Belanda di Tanah Air (Indonesia).
Sumber:
Dilansir dari buku berjudul Abdul Rahman Baswedan Karya dan Pengabdiannya, ditulis oleh Suratmin diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1989.