Semua langkah tersebut bertujuan untuk menjadikan Mediterania sebagai wilayah pelayaran Prancis untuk melampaui saingan Inggris, dan untuk menjamin jalur perdagangan antara Mesir dan Asia.

Untuk mencatat keunggulan atas Inggris di Mediterania, Napoleon menyadari pentingnya menduduki Aljazair sebelum direbut oleh Inggris. Dia menyerukan rencana proyek misinya ke Aljazair.

Bagi Prancis, Aljazair mewakili titik strategis penting yang terletak di Gibraltar dan Malta yang saat itu diduduki oleh Inggris, musuh lama Napoleon. Untuk menghadapi situasi ini, Napoleon perlu berpikir untuk menduduki Aljazair, yang terletak di antara dua wilayah yang diduduki oleh kekuatan bersaing Prancis.

Kemudian di atas meja Napoleon, diletakkan beberapa rencana penaklukan Aljazair. Salah satunya dokumen setebal 42 halaman, yang disiapkan oleh sosok yang pernah ditahan di Aljazair pada tahun 1800, yaitu François-Philippe Le May. Disiapkan pula, rencana Charles François Dubois Thienville pada tahun 1801 yang termuat dalam catatan berjudul 'Operasi Singkat di Afrika'. Namun rencana tersebut tidak disukai Napoleon.

Meski demikian, dia tetap bersikukuh dengan gagasan perjalanan penjelajahan ke Aljazair, sehingga pada 1808, ia mengirim surat kepada Menteri Angkatan Lautnya, Laksamana Decris, untuk meminta agar seseorang dikirim ke Aljazair untuk menemukan jawaban dari sejumlah pertanyaan.

Pertanyaan pertama, apakah ada pelabuhan di pantai Aljazair di mana satu skuadron pasukan Prancis aman dari kekuatan superior? Pertanyaan kedua, pelabuhan apa yang bisa dilalui tentara? Pertanyaan ketiga, berapa banyak titik berbeda yang dapat diblokir musuh? Keempat, pada musim apa ketika wabah tidak takut dan cuacanya bagus?

Ikuti Whatsapp Channel Republika