Rabu 09 Aug 2023 12:42 WIB

Mengenal Dar al Shifa, Konsep Penyembuhan dalam Islam

Dae al Shifa tumbuh subur di masa keemasan Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Mengenal Dar al Shifa, Konsep Penyembuhan dalam Islam. Foto:  Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Mengenal Dar al Shifa, Konsep Penyembuhan dalam Islam. Foto: Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Zaman Keemasan Islam diterima secara universal sebagai salah satu zaman penting dalam sejarah manusia. Masa ini juga dikenal luas karena pencurahan budayanya, terutama berkembangnya ilmu pengetahuan, matematika, arsitektur dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Namun, yang kurang dikenal adalah kontribusinya terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Dar al-Shifas, atau rumah pengobatan yang tumbuh subur di Anatolia selama periode tersebut, diketahui memberi dampak yang lama pada perawatan kesehatan modern.

Baca Juga

Seorang psikiater senior dari Universitas Stanford di AS, Rania Awaad, sedang mempelajari konsep penyembuhan dalam Islam. Ia menggunakan wawasannya tentang Anatolian Dar al-Shifas, menantang konstruksi psikiatri modern dan Eurosentris, serta pemahaman tentang perawatan psikologis.

Dari Seljuk hingga Ottoman, Anatolia menjadi rumah bagi banyak Dar al-Shifas. Mereka menggunakan berbagai metode pengobatan, seperti terapi air, suara dan aroma.

Penelitian yang dilakukan Awaad menunjukkan tidak hanya metode perawatan di pusat medis ini berbeda dari rumah sakit yang diambil dari warisan Eropa, tetapi juga cara mereka mengenali tubuh manusia. Alih-alih melihat tubuh manusia sebagai bagian yang berbeda, mereka melihatnya sebagai aspek yang berbeda, fisik, mental dan spiritual, serta membahasnya menggunakan pendekatan holistik.

Di Türkiye, Awaad dapat melihat implikasi praktis dari apa yang dia baca di buku-buku tentang konsep penyembuhan dalam Islam. Hal ini lantas dia gunakan untuk menantang pemahaman modern tentang pengobatan psikiatri.

Ketika berkesempatan pergi ke Edirne, yang menampung Dar al-Shifa di dalam Museum Kesehatan Bayezid II, dia merasa sangat berbeda. Ia merasa seperti dapat melihatnya dalam kehidupan nyata, dalam bentuk 3D, tentang apa pun yang pernah ia baca dalam buku-buku teori.

“Air mancur, suara, pencahayaan, bahkan hal-hal seperti kualitas udara, semua ini sangat sulit dialami, kecuali jika Anda berada di sana secara langsung,” kata dia dikutip di TRT World, Rabu (9/8/2023).

Kunjungannya ini bahkan diklaim mampu membuatnya tahu bagaimana  Dar al-Shifas menciptakan suasana yang membantu orang pulih, bahkan hanya melalui desain mereka. Ketika masuk ke satu ruangan, secara otomatis orang akan menarik napas lebih dalam. Apa yang ada di dalamnya adalah taman, tanaman hijau dan ketenangan.

Salah satu hal yang membuatnya terkesan tentang desain Dar al-Shifas adalah gagasan tentang külliya. Berasal dari periode Seljuk dan berlanjut hingga era Ottoman, ini adalah konsep perencanaan kota yang menggabungkan berbagai bangunan umum dalam satu kompleks, dengan masjid di tengahnya dan dibangun di atas tanah wakaf.

Sebuah külliya akan mencakup madrasah, perpustakaan, Dar al-Shifas, dapur, toko roti, pemandian umum, dan lainnya dalam kompleks yang sama. Ide pembangunannya adalah semua bagian tubuh manusia harus sembuh bersama. Oleh karena itu, berbagai institusi yang menarik bagi pikiran, tubuh dan jiwa dibuat berdiri berdampingan.

Awaad juga menyoroti pentingnya menempatkan sekolah kedokteran di sebelah Dar al-Shifa di dalam kompleks ini. Melalui kedekatan dua institusi yang berbeda, sekolah dan hospis, sebuah pembelajaran praktis bisa terjadi.

Dar al-Shifa disebut mirip dengan rumah sakit mutakhir saat ini, yang mengintegrasikan berbagai metode penyembuhan seperti terapi suara, air dan aroma, ke dalam rejimen manajemen perawatan kesehatan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement