REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Masjid Agung Al Omari menonjol di tengah pusat kota Beirut, Lebanon sebagai tengara yang menggambarkan bagian-bagian sejarah kota kembali ke penaklukan Islam selama era Khalifah Omar bin Al-Khattab.
Kepala Beirut Heritage Society Suhail Mneimneh mengatakan dalam sebuah wawancara dengan KUNA bahwa masjid itu dibangun di atas puing-puing kompleks militer Romawi.
Dilansir dari Kuwait Times, Selasa (8/8/2023), selama kehadiran Tentara Salib di Levant pada tahun 1110, mereka telah mengubah masjid menjadi gereja, sampai penguasa Islam Salahudin Al-Ayyoubi memulihkan fitur aslinya sebagai masjid.
Interiornya ditandai dengan ukiran dan batu kuno yang mencerminkan nilai sejarahnya. Masjid Agung Al-Omari, selama perang saudara Lebanon 1975-1990 dan pertempuran yang berkecamuk di pusat kota Beirut, rusak parah, bersama dengan banyak properti bangunan lainnya di wilayah terseBut
Namun, setelah perang saudara, seorang wanita Kuwait yang baik, Suad Mohammad Al-Humaidhi, memberikan sumbangan untuk merenovasi masjid. Saat ini, masjid yang terdiri dari tiga lantai itu dapat menampung hingga 3.000 jamaah.
Masjid Agung Al-Omari dibuka kembali setelah renovasi, berkat sumbangan Kuwait pada 4 Juni 2004, dalam upacara luas yang dihadiri oleh mantan mufti Lebanon Al-Humaidhi dan almarhum perdana menteri Rafic Al-Hariri.