Jumat 04 Aug 2023 07:36 WIB

KDRT Medan Pertempuran Tersembunyi dalam Perang Ukraina

Kasus KDRT di Ukraina melonjak tahun ini.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
File-Warga setempat yang selamat dari serangan roket di Lviv, Ukraina, 6 Juli 2023.  Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Ukraina meningkat pada 2023.
Foto: EPA
File-Warga setempat yang selamat dari serangan roket di Lviv, Ukraina, 6 Juli 2023. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Ukraina meningkat pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, DNIPRO -- Mayat Liubov Borniakova yang berusia 34 tahun ditemukan di rumahnya di kota Dnipro di Ukraina tengah pada Januari.  Menurut laporan koroner, tubuh perempuan itu ditandai dengan 75 memar.

Suami Borniakova, Yakov Borniakov, telah bersembunyi di dalam apartemen selama bulan sebelumnya, setelah meninggalkan ketentaraan. Dia mabuk dan memukuli Borniakova berulang kali selama dua pekan sebelum kematiannya.

Baca Juga

"Tidak ada tempat baginya yang dibiarkan hidup," kata bibi Borniakova Kateryna Vedrentseva yang tiba di rumahnya beberapa jam setelah kematian keponakannya pada 8 Januari malam.

"Tangannya dipukuli, kepalanya, kakinya, semuanya," ujarnya.

Juru bicara polisi Dnipro mengatakan, penyelidikan kriminal atas kematian Borniakova sedang berlangsung tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut. Polisi awalnya menutup penyelidikan atas kematian Borniakova. Putusan ini diambil setelah para ahli medis menyimpulkan dia meninggal karena gagal jantung.

Pengacara keluarga Yulia Seheda berhasil mengajukan banding atas keputusan tersebut, dengan alasan serangan jantung disebabkan oleh pemukulan hebat. Sebuah dokumen pengadilan tertanggal 28 Maret menunjukkan penyelidikan kriminal atas kematian Borniakova telah dibuka kembali.

"Jika kita setidaknya bisa mendapatkan dakwaan kekerasan dalam rumah tangga, itu akan menjadi kemenangan," kata Seheda.

Sehenda menyatakan, masih ada pandangan di antara beberapa hakim dan petugas polisi bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi yang harus diselesaikan antara pasangan. Kekerasan dalam rumah tangga membawa maksimal hanya dua tahun penjara di bawah hukum Ukraina. Bahkan banyak pelanggar didenda antara 170 dan 340 hryvnia setara dengan lima hingga 10 dolar AS saja atau diberikan hukuman layanan masyarakat.

Kasus KDRT yang terdaftar di Ukraina awalnya turun setelah Rusia menginvasi pada Februari 2022, ketika jutaan orang melarikan diri dari pertempuran. Namun, karena keluarga telah kembali ke rumah lama atau menetap di rumah baru, kasus melonjak tahun ini. Laporan ini didapatkan dari data polisi nasional yang sebelumnya tidak dilaporkan dan akhirnya ditinjau oleh Reuters.

Dalam lima bulan pertama 2023, kasus yang terdaftar melonjak 51 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2022. Jumlah itu lebih tinggi sepertiga dari rekor sebelumnya pada 2020, yang oleh para ahli dikaitkan dengan penguncian pandemi.

Lebih dari selusin pejabat dan pakar yang bekerja di sektor tersebut mengatakan, peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan, kesulitan ekonomi, pengangguran, dan trauma terkait konflik. Dalam sebagian besar kasus, korbannya adalah perempuan.

"(Kenaikan) adalah karena ketegangan psikologis dan karena banyak kesulitan. Orang-orang kehilangan segalanya," kata komisaris kebijakan gender Ukraina Kateryna Levchenko dalam sebuah wawancara pada Mei.

Polisi mencatat, 349.355 kasus kekerasan dalam rumah tangga dari Januari hingga Mei 2023, dibandingkan dengan 231.244 pada periode yang sama pada 2022 dan 190.277 dalam lima bulan pertama 2021. Sebagian besar ahli dan profesional di lapangan mengatakan, mereka khawatir masalah akan memburuk karena perang berlanjut dan akan bertahan lama setelah konflik berakhir karena pasukan yang trauma kembali dari garis depan.

Pusat bantuan yang dijalankan oleh pemerintah dan United Nations Population Fund (UNFPA) dibuka pada September 2022. Fasilitas ini diperuntukan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah memberikan dukungan kepada 800 orang, kebanyakan perempuan, pada pertengahan Mei.

Dari jumlah itu, hanya sekitar 35 persen yang mengajukan pengaduan ke polisi. Data itu menunjukkan kekerasan dalam rumah tangga bisa lebih meluas daripada yang ditunjukkan oleh data polisi.

Psikolog yang bekerja di pusat bantuan tersebut Tetyana Pogorila mengatakan, bagi orang-orang yang mengungsi ke Dnipro karena perang, berada di tempat asing membuat beberapa korban kekerasan dalam rumah tangga lebih bergantung pada pelakunya. "Orang-orang datang dan keluarga mungkin tinggal bersama dalam satu ruangan," kata Pogorila.

"Beberapa mendapatkan pekerjaan, beberapa tidak, sehingga situasi keuangan mereka memburuk. Tambahkan ini ke situasi global di daerah dan kecemasan, ini meningkatkan stres dan konflik," ujarnya.

Sumber daya negara juga telah habis karena perang. Levchenko mengatakan, beberapa tempat penampungan perempuan telah diubah fungsinya untuk menampung orang-orang yang terlantar akibat pertempuran. Beberapa anggaran negara yang dialokasikan untuk kekerasan berbasis gender dialihkan ke pembelanjaan pertahanan. Alokasi dana turun menjadi 4,2 juta euro tahun ini dari sekitar 10 juta euro pada 2021.

Kepala Departemen Perlindungan Kepentingan Anak dan Pemberantasan Kekerasan di Kantor Kejaksaan Agung Ukraina Yulia Usenko mengatakan, lembaga penegak hukum telah diperingatkan tentang potensi masalah seputar pasukan trauma yang kembali dari garis depan. Kantor tersebut membentuk sebuah unit untuk mengawasi prosedur pengadilan kekerasan dalam rumah tangga pada Februari 2023.

Tapi kekurangan dana membuat pekerja layanan sosial khawatir. "Kami memperkirakan tingkat kekerasan yang sangat tinggi," kata direktur pusat layanan sosial Dnipro yang mengelola tempat penampungan bagi para pengungsi Lilia Kalytiuk. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement