REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Malaikat Maut sampai heran dengan sikap manusia yang sama sekali tak menyadari bahwa ajalnya telah berada di ujung penghabisan. Malah dengan tenangnya tertawa terbahak-bahak seolah kematian tak akan pernah datang. Padahal saban hari Malaikat Maut itu bolak balik mengamati wajah setiap manusia hingga tujuh puluh kali. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
وروى أبو هدبة إبراهيم بن هدبة قال: حدثنا أنس بن مالك قال : قال رسول الله ﷺ : إن ملك الموت لينظر في وجوه العباد كل يوم سبعين نظرة . فإذا ضحك العبد الذي بعث إليه قال: يقول: عجبا ، بعثت إليه لأقبض روحه وهو يضحك.
Diriwayatkan oleh Abu Hudbah Ibrohim bin Hudbah, dia berkata, diceritakan Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Malaikat Maut itu melihat ke wajah hamba setiap hari sebanyak tujuh puluh kali lihatan. Maka ketika tertawa seorang hamba yang padahal segera datang ajal padanya, maka berkata Malaikat Maut: Aneh, aku diutus padanya untuk mencabut rohnya dan dia malah tertawa. (Lihat At Tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhiroh karya Imam Qurthubi terbitan Maktabah Darul Minhaj halaman 264 )
Hikmahnya adalah agar dalam hidup tidak terlalu terlena dengan kesenangan dunia. Seorang boleh tertawa gembira menikmati dunia tetapi tidak lantas berlebihan dan hanyut sampai melupakan bahwa kelak dirinya akan menghadapi ajal. Maka seorang yang beriman menyadari bahwa kematian begitu dekat. Dalam sebuah keterangan disebutkan.
وذكر أبو نعيم. عن ثابت البناني قال: الليل والنهار أربع وعشرون ساعة ليس منها ساعة تأتي على ذي روح إلا وملك الموت قائم عليها فإن أمر بقبضها قبضها وإلا ذهب ، وهذا عام في كل ذي روح.
Disebutkan oleh Abu Nu'aim, dari Tsabit Al Bananiy dia berkata: Malam dan siang itu sebanyak 24 jam, dan tak ada satu waktu pun yang datang atas orang yang bernyawa kecuali Malaikat Maut berdiri di atasnya. Maka bila diperintahkan padanya mencabut hamba nyawa seorang hamba, maka ia mencabutnya. Tapi bila tidak diperintah mencabut nyawa seorang hamba, Malaikat Maut pun pergi. Dan ini lazim terjadi pada setiap orang yang bernyawa. (Lihat At Tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhiroh karya Imam Qurthubi terbitan Maktabah Darul Minhaj halaman 264 ).