REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerasnya kehidupan yang dialami suami di luar rumahnya, mestinya mendapatkan keteduhan dan kebeningan hati sang istri di dalam rumahnya sehingga sang suami dapat kembali berpikir jernih dan melangkah dengan pasti.
Ummu Salamah, salah seorang istri Rasulullah dapat menjadi contoh dalam hal ini. Dikutip dari Kisah Wanita-Wanita Teladan oleh Abdullah Haidir, pada tahun keenam Hijriyah, Rasulullah dan para shahabatnya berencana melakukan umroh.
Setelah tiba di Dzulhulaifah (miqatnya penduduk Madinah), mereka pun mulai ihram untuk umroh. Setelah itu, mereka melanjutnya perjalanan menuju Makkah.
Setibanya di Hudaibiah beberapa kilometer saja dari Makkah, rencana mereka terhalang oleh ulah kaum musyrikin Quraisy. Rupanya kaum Quraisy masih belum dapat menerima kedatangan kaum muslimin untuk menunaikan ibadah di Masjidil Haram dan Ka'bah nan mulia.
Setelah perdebatan yang alot, akhirnya disepakatilah perjanjian Hudaibiah yang terkenal itu, di mana salah satu isinya adalah agar kaum muslimin melakukan umroh pada tahun berikutnya. Rasulullah konsekuen dengan kesepakatan tersebut, maka beliau memerintahkan para shahabatnya untuk membatalkan umrohnya dan melakukan tahallul dari ihramnya dengan menyembelih seekor kambing lalu menggunduli kepalanya.
Para shahabat yang sudah sekian tahun menahan kepedihan...