Ahad 09 Jul 2023 05:45 WIB

Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

Syiah Qaramithah bertanggungjawawb atas peristiwa berdarah di Kabah

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Kabah, Masjidil Haram, Makkah (ilustrasi). Syiah Qaramithah bertanggungjawawb atas peristiwa berdarah di Kabah
Foto:

Pada 908 Masehi, Abu Thahir Al Janabi (putra Abu Said Al Janabi) mengumpulkan pasukannya dari Bahrain dan Qatar dari suku-suku yang setia kepadanya. 

Mereka bergerak menuju Makkah dari Al-Ahsa agar dianggap sebagai jamaah haji. Mereka pun diizinkan masuk untuk melaksanakan ibadah haji. 

Namun dalam perjalanan ke Makkah, mereka menyerbu desa-desa, membunuh laki-laki, memperkosa perempuan, menjarah, kemudian membakar anak-anak, perempuan dan orang tua sebelum mereka meninggalkan desa.

Ketika mereka sampai di Kabah, mereka mulai mengutuk para nabi secara terang-terangan dengan kata-kata buruk, kemudian mereka mengeluarkan pedang mereka sambil berteriak dan menyerang para peziarah dan mulai membunuh semua peziarah, siapa saja yang shalat, siapa saja yang berdiri, siapa yang tidur, dan siapa saja yang terjaga, hingga darah menggenangi pelataran Kabah.

Sejarawan menyebutkan bahwa jumlah korban meninggal mencapai 30 ribu jamaah haji. Ini adalah genosida dalam arti literal, dan pembunuhan berdarah di tempat tersuci di depan Kabah. 

Jamaah haji yang melarikan diri ke pegunungan, lembah, dan semak-semak, dikejar dan dibunuh. Banyak mayat tergeletak dan menumpuk di depan Kabah. Abu Said Al Jannabi memerintahkan mereka untuk membuang mayat tersebut ke dalam sumur Zamzam.

Baca juga: Ada 100 Juta Kerikil untuk Lempar Jumrah Jamaah Haji,  Kemana Perginya Seusai Dipakai? 

Dilakukannya tindakan itu, sampai sumur zamzam penuh dengan mayat dan bagian tubuh. Suara jeritan di pelataran Kabah menusuk telinga. Ribuan jamaah haji gugur dan darah mereka tertumpah dalam sehari semalam. 

Abu Thahir Al Jannabi menatap Kabah dengan wajahnya dan mengotorinya, yakni mengencinginya sambil dia berkata kepada prajuritnya, "Di mana burung Ababil, di mana Abrahah, di mana gajah?" Kemudian dia tertawa dan para prajurit pun ikut tertawa.

Setelah peristiwa kelam itu, negara-negara seperti Irak dan Syam mencegah pengiriman jamaah ke Makkah. Ibadah haji terhenti selama 10 tahun penuh. Hajar Aswad pun sampai diambil oleh kelompok Qarmatian.

Hingga akhirnya Hajar Aswad itu berhasil diperoleh kembali setelah 20 tahun lebih pada masa al-Muqtadir Billah dengan uang penggati ke Qaramithah sebesar 30 ribu dinar.

Lantas bagaimana nasib Abu Thahir? Dia tewas mengenaskan seiring dengan usianya yang senja. Sebuah virus cacar mematikan mencabik-cabik tubuhnya dalam waktu yang lama hingga ajal menjemput. 

 

 

Sumber: arabicpost    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement