Senin 03 Jul 2023 19:41 WIB

Manusia Penyendiri dalam Pandangan Ibnu Bajjah, Cocok untuk Masa Sekarang?

Ibnu Bajjah menyebut manusia penyindiri tak lain adalah Muslim yang cerdas

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Manusia penyendiri (ilustrasi). Ibnu Bajjah menyebut manusia penyindiri tak lain adalah Muslim yang cerdas
Foto: Reuters
Manusia penyendiri (ilustrasi). Ibnu Bajjah menyebut manusia penyindiri tak lain adalah Muslim yang cerdas

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— Ibnu Bajjah mempunyai tawaran tentang konsep manusia di tengah degradasi moral. 

Kitab Tadbir al-Mutawahhid karya Ibnu Bajjah adalah jawaban untuk kegagalan yang berulang-ulang dari para filsuf di ranah politik praktis. Kegagalan itu kemudian menyeret para filsuf pada keusangan teori-teori mereka.

Baca Juga

Hal ini merupakan kemunduran yang tragis dan kekalahan yang tak terelakkan dari teori yang berhadapan dengan fakta. 

Kitab ini merupakan realisasi dari pencarian Ibnu Bajjah beserta refleksinya terhadap ketidakmungkinan hidup di dalam negara yang sempurna.

Sebab, jika negara itu telah sempurna, kitab Tadbir al-Mutawahhid ini tidak dibutuhkan lagi. Kitab ini adalah cerminan dari kehidupan Ibnu Bajjah sendiri sebagaima na yang telah dilukiskan melalui kesadaran wawasannya, sekaligus juga merupakan reaksi personalnya dan pandangan orisinalnya terkait peran para filsuf.

Dalam buku ini, Ma'an Ziyadah menjelaskan, seorang al-mutawahhid atau manusia penyendiri tidak seharusnya berhubungan dengan wujud-wujud fisik atau meteri dan berhubungan dengan manusia yang materialis saja, melainkan wajib mencari kelompok manusia yang ahli dalam ilmu.

Ia tidak boleh bercampur dengan manusia yang materialis, kecuali dalam persoalan-persoalan penting. Ia harus emigrasi menuju cara hidup di mana ilmu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi manusia penyendiri barangkali menjadi salah satu solusi bagi manusia di era milenial ini. Konsep yang dicetuskan oleh Ibnu Bajjah ini hadir sebagai respon atas konsep manusia penyendiri al-Ghazali. 

Menurut al-Ghazali, manusia harus mengasingkan diri dari orang banyak agar bisa mencapai kebahagiaan tertinggi dengan jalan ibadah semata atau menjadi seorang sufi.

Namun, menurut Ibnu Bajjah, hal itu tidak mungkin dilakukan karena bertentangan dengan tabiat manusia sebagai makhluk sosial. Ada beberapa hal yang dapat dipahami dari konsep manusia penyendiri Ibnu Bajjah.

Pertama, manusia penyendiri adalah sosok filsuf yang hidup pada salah satu negara yang tidak sempurna, yang mana mereka cukup hanya berhubungan dengan ulama dan ilmuwan saja dan mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan masyarakat yang tidak baik.

Kedua, apabila tidak ditemukan seorang ulama dan ilmuwan, maka mereka harus mengasingkan diri secara total. Dalam artian, tidak berhubungan sama sekali dengan masyarakat, kecuali dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan.

Selain itu, kalau tidak bisa berteman dan bergaul dengan ulama dan ilmuwan, bertemanlah dengan orangorang baik yang selalu mengajak pada kebaikan serta takut akan maksiat. Bertemanlah dengan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, sehingga ikut menjadi manusia beriman.

Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko

Teman adalah cerminan dari diri seseorang. Jika temannya baik seseorang tentu akan menjadi baik pula. Jika ia jahat, dapat dipastikan akan menjadi jahat juga. Pertemanan sangat mempengaruhi perilaku dan tingkah laku seseorang, sehingga pilihlah teman yang memiliki perilaku yang baik.

Jangan tanya tentang si orang itu sendiri, melainkan tentang teman-temannya, sebab tiap manusia diarahkan oleh teman-temannya, ucap penyair Zayd ibn Adi al-Abbadi, seperti dikutip buku karya Ma'an ini, halaman 151.

Konsep Ibnu Bajjah tentang manusia penyendiri sangat relevan dengan konteks kekinian. Konsep tersebut menganjurkan masyarakat untuk menjadi makhluk sosial yang cerdas, yang bisa memilah-milah mana yang baik dalam masyarakat dan mana yang tidak, sehingga kehidupan masyarakat terarah kepada hal-hal yang baik.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement