Maka, Allah meminta Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya. Meskipun ini adalah perintah yang cukup berat dan sulit baginya, namun hatinya sangat bergantung dan percaya kepada Allah.
Dia tahu bahwa apapun yang Allah tetapkan adalah yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya karena Dia Maha Penyayang, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.
Nabi Ibrahim tunduk pada Kehendak Allah. Putranya juga melakukannya. Ketika Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah membiarkannya melakukannya. Dia menebus putranya dengan pengorbanan besar yang Dia kirimkan.
Inti dari cobaan ini adalah menguji keterikatan di hati Ibrahim dan putranya. Apakah mereka penuh iman, kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, atau apakah mereka penuh dengan ketakutan, keraguan atau cinta untuk hal-hal dalam kehidupan duniawi fana?
Ketika Allah melihat keikhlasan mereka dalam iman (yang merupakan tujuan penciptaan seluruh umat manusia), Dia menyelamatkan Ibrahim dan putranya dari cobaan yang sulit. Dia menebus putranya dengan pengorbanan besar, yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, yaitu seekor domba jantan yang telah merumput di surga selama empat puluh tahun.
Selain itu, Allah SWT juga memberi Ibrahim anak laki-laki lain, yakni Ishaq. Kemudian, dan untuk selamanya, Allah memberi Ibrahim reputasi terhormat di generasi selanjutnya. Sampai akhir zaman orang akan mengingatnya dan belajar dari kisahnya.
Ketaatan Nabi Ibrahim memberi pelajaran kepada setiap Muslim untuk sejalan dengan tujuan penciptaan dirinya, tidak melawan tujuan penciptaan itu, dan inilah yang kemudian memberikan perasaan damai, tenang, stabil, puas dan bersyukur.