Selasa 27 Jun 2023 17:41 WIB

Idul Fitri Boleh Berbeda, Tapi Idul Adha? Ini Kata Eks Mufti Mesir

Idul Adha merupakan momentum memperbanyak berbagi.

Ilustrasi Sholat Idul Adha
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Ilustrasi Sholat Idul Adha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam sebuah video, Mufti Mesir (2003-2013) Syekh Ali Jum’ah (Ali Gomaa) menyampaikan ijtihadnya mengenai kapan waktu Idul Adha tiba, apakah berdasarkan Rukyatul Hilal yang berbeda-beda di setiap wilayah atau berpatokan kepada wukuf di arafah di Tanah Suci?

Syekh Ali Jum’ah ditanya seseorang , apabila ada perbedaan pendapat mengenai kapan Dzulhijjah tiba akibat perbedaan rukyatul hilal, kemudian haruskah berpuasa Arafah mengikuti penanggalan di tempat tinggal ataukah mengikuti penanggalan di Arab Saudi yang sudah menetapkan kapan wukuf di Arafah berlangsung?

Baca Juga

“Anda harus mengikuti kebijakan Arab Saudi /taqwim mamlakah as Su’udiyah,” kata Syekh Ali Jum’ah dalam sebuah video

Ijtihad itu didasarkan kepada sebuah hadis riwayat Imam Daruquthni, “Al Hajju haitsu hajjan naas,” kata Syekh Ali Jum’ah menyebut hadits tersebut.

Artinya, haji adalah saat orang-orang berhaji. “Oleh karena itu, kita di Daarul Ifta (lembaga fatwa Mesir) menunggu Saudi, terkait Dzulhijjah,” katanya.

Syekh menjelaskan, boleh saja setiap kawasan berbeda dalam penentuan awal Ramadhan. Namun, untuk Dzulhijjah, harus menginduk kepada Saudi. Kenapa begitu ? “Karena haji dilakukan saat orang-orang wukuf di Arafah, berhaji di Tanah Suci. Haji didasarkan pada wukuf di Arafah. “Memang harus demikian,” katanya.

Berdasarkan pandangan tersebut, Idul Adha jatuh pada Rabu (28/6) sehari setelah orang-orang wukuf di Arafah. Ormas Muhammadiyah berpegangan pada pendapat ini. Sejumlah ormas yang berpegangan pada hisab juga berpandangan sama.

Sebelumnya, Kementerian Agama menetapkan Idul Adha jatuh pada Kamis (29/6) atau dua hari setelah wukuf di Arafah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement