Senin 26 Jun 2023 08:52 WIB

Kaligrafi Kufi: Keanggunan Geometris yang Mengurai Firman Allah

Kaligrafi Arab merupakan produk peradaban Islam bernilai tinggi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Seorang pekerja melakukan perawatan Masjid Asmaul Husna, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (24/4/2021). Masjid tersebut menjadi salah satu destinasi wisata religi karena dianggap memiliki arsitektur unik di mana pada dinding bagian luar dipenuhi 99 nama Allah SWT atau Asmaul Husna menggunakan ornamen kaligrafi Arab tertua yaitu kaligrafi kufi.
Foto:

Para penyalin juga lebih menyukai aksara Kufi untuk menulis manuskrip Alquran di masa awal karena keanggunan geometrisnya. Para ahli kaligrafi sepanjang sejarah telah mencari cara yang paling indah untuk menulis Alquran agar mendapatkan gaya tulisan yang paling pas dan elegan.

"Tujuan mereka adalah untuk menyampaikan firman Tuhan dalam bentuknya yang paling indah. Karena dalam persepsi para sarjana awal, ada kaitan langsung antara bentuk dan bentuk huruf dengan ekspresi yang suci," kata Shehab.

Namun, dalam evolusi kaligrafi Islam, aksara Kufi khususnya, telah melampaui fungsi religiusnya, memperluas cakrawalanya dan menemukan tujuan baru sebagai elemen artistik esensial dalam berbagai bentuk seni. Mulai dari sulaman pada tekstil, hiasan benda-benda dekoratif untuk istana-istana para khalifah Muslim dan ukiran pada uang logam hingga menghiasi dinding-dinding bangunan mewah. Jelas ini melintasi berbagai periode sejarah.

"Ini dimulai sebagai manifestasi dari penerjemahan firman Tuhan secara visual dalam bentuk aksara Kufi. Tetapi juga mengambil alih banyak bangunan perlindungan kerajaan. Seperti masjid, istana, rumah, sekolah," kata Shehab.

Aksara Kufi memiliki karakter struktural seperti arsitektur. Para perancang dan ahli kaligrafi di masa awal juga merupakan arsitek huruf yang mampu mewakili otoritas kerajaan dan suci ini secara visual.

Popularitas aksara Kufi selama berabad-abad mengalami penurunan pada abad ke-12, seiring dengan perluasan lebih lanjut dari kerajaan Islam, digantikan secara bertahap oleh bentuk aksara kursif yang lebih cair, tetapi tidak pernah kehilangan daya tarik eksotisnya.

Seni kaligrafi telah mengalami transformasi sebagai respons terhadap perubahan selera dan kebutuhan seniman dan konsumen. Gaya tulisan kursif secara bertahap menggantikan gaya tulisan sudut (Kufi) yang telah menjadi contoh pertama kaligrafi Islam dalam pencetakan mushaf Alquran.

 

Kaligrafer beralih ke gaya kursif, yang lebih mudah dan lebih cepat untuk ditulis dan lebih terbaca karena memiliki tanda diakritik. Ini untuk menarik khalayak yang lebih luas dalam transmisi pengetahuan agama dan untuk memudahkan orang membaca Alquran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement